Waspada Demo di Istana Negara, Rupiah Jadi Mager

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 October 2020 12:29
Serikat pekerja berkeliling di Kawasan Industri Pulo gadung, Selasa (6/10). Massa buruh yang ikut mogok nasional menyerukan penolakan UU Cipta Kerja Omnibus Law yang sudah di sahkan kemarin. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Serikat pekerja berkeliling di Kawasan Industri Pulo gadung, Selasa (6/10). Massa buruh yang ikut mogok nasional menyerukan penolakan UU Cipta Kerja Omnibus Law yang sudah di sahkan kemarin. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (8/10/2020), setelah membukukan penguatan dalam 3 hari beruntun.

Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah langsung menguat di awal perdagangan hari ini, tetapi demo penolakan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) yang memasuki hari ke-3 tentunya juga membuat investor berhati-hati.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.670/US$, tetapi tidak lama langsung balik melemah 0,11% ke Rp 14.706/US$.

Setelahnya, rupiah balik ke Rp 14.690/US$ sama persis dengan penutupan perdagangan kemarin. Hingga pukul 12:00 WIB rupiah belum beranjak dari posisi tersebut.

Membaiknya sentimen terlihat dari bursa saham AS yang menguat tajam setelah Presiden Trump berubah sikap terhadap stimulus fiskal, kini mendesak Kongres menyetujui program dukungan maskapai, dengan mengatakan bahwa uangnya bisa diambil dari sisa anggaran lebih dari stimulus paket 1 sebelumnya.

Mantan taipan properti itu juga mendesak Kongres menyetujui stimulus senilai US$ 1.200 untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga AS.

"Komentar terbaru tentang kemungkinan pemberian stimulus mendongrak optimisme pasar. Anda bisa lihat dolar AS melemah, cerminan dari mentalitas risk-on (berani mengambil risiko)," tegas Minh Trang, Senior FX Trader di Silicon Valley Bank yang berbasis di California, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu dari dalam negeri, Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senin lalu disambut baik oleh pelaku pasar dalam dan luar negeri karena dianggap bisa memperbaiki iklim investasi di dalam negeri. Saat iklim investasi membaik, maka aliran modal akan masuk ke dalam negeri, yang tentunya akan mendongkrak penguatan rupiah.

Namun, di sisi lain UU Cipta Kerja memicu penolakan yang masif. Buruh melakukan demo dan mogok kerja besar dalam 2 hari terakhir, dan masih akan berlanjut pada hari ini.

Aksi demo tersebut sebenarnya membebani rupiah kemarin, tetapi masih mampu menguat akibat dolar AS yang sedang lesu.

Belanjutnya aksi demo tentunya akan mempengaruhi pergerakan rupiah, bahkan Konfederasi Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) akan memindahkan titik aksi unjuk rasa ke Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/10/2020).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) KASBI, Sunarno menyebut, pengalihan titik aksi itu lantaran DPR mempercepat sidang paripurna pengesahan RUU Omnibus Law Ciptaker yang semula 8 Oktober menjadi 5 Oktober lalu.

Sunarno memperkirakan aksi di istana akan diikuti setidaknya 20 ribu massa gabungan. Bukan hanya massa buruh, melainkan juga elemen mahasiswa dan organisasi gerakan masyarakat secara umum

Aksi buruh tersebut dikhawatirkan membuat stabilitas dalam negeri menjadi terganggu, yang membuat investor asing berhati-hati, sehingga menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular