
Asing Mendukung, "Onak Duri" Rupiah Datang dari Dalam Negeri!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.690/US$ pada perdagangan Rabu kemarin, melanjutkan kenaikan cukup tajam hari sebelumnya.
Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senin lalu disambut baik oleh pelaku pasar dalam dan luar negeri karena dianggap bisa memperbaiki iklim investasi di dalam negeri. Saat iklim investasi membaik, maka aliran modal akan masuk ke dalam negeri, yang tentunya akan mendongkrak penguatan rupiah.
Namun, di sisi lain UU Cipta Kerja memicu penolakan yang masif. Buruh melakukan demo dan mogok kerja besar dalam 2 hari terakhir, dan masih akan berlanjut pada hari ini.
Aksi demo tersebut sebenarnya membebani rupiah kemarin, tetapi masih mampu menguat akibat dolar AS yang sedang lesu. Belanjutnya aksi demo tentunya akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini, Kamis (8/10/2020).
Aksi buruh tersebut dikhawatirkan membuat stabilitas dalam negeri menjadi terganggu, yang membuat investor asing berhati-hati, sehingga menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
Sementara itu dari eksternal, sentimen pelaku pasar yang membaik bisa memberikan sentimen positif. Membaiknya sentimen terlihat dari bursa saham AS yang menguat tajam setelah Presiden Trump berubah sikap terhadap stimulus fiskal, kini mendesak Kongres menyetujui program dukungan maskapai, dengan mengatakan bahwa uangnya bisa diambil dari sisa anggaran lebih dari stimulus paket 1 sebelumnya.
Mantan taipan properti itu juga mendesak Kongres menyetujui stimulus senilai US$ 1.200 untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga AS.
Secara teknikal, Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan pekan ini.
Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
![]() Foto: Refinitiv |
Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah.
Indikator stochastic pada grafik harian kini bergerak turun tetapi masih cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang jauh dari wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan yang lebih besar bagi rupiah.
Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.
Peluang rupiah menguat menuju Neckline tersebut pada hari ini masih terbuka selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$. Namun, jika kembali ke atas level tersebut, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.790/US$. Resisten selanjutnya berada di level Rp 14.830/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
