Trump Ngambek Nih! Awas, Rupiah Bisa Mendadak Lemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 October 2020 10:12
Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari bank BJB yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Meski saat ini masih menguat, tetapi rupiah patut waspada. Sebab dolar AS sedang 'mengamuk'.

Pada pukul 09:33 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,17%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat 1,22%.

Dolar AS mendapat angin akibat perkembangan terbaru dari Negeri Paman Sam. Presiden AS Donald Trump menegaskan pemerintahannya menarik diri dari pembahasan stimulus fiskal.

"Nancy Pelosi (Ketua House of Representatives, salah satu dari dua kamar yang membentuk Kongres AS) meminta US$ 2,4 triliun untuk menalangi negara bagian bobrok, punya tingkat kejahatan tinggi, yang dipimpin oleh orang Partai Demokrat. Ini tidak ada hubungannya dengan Covid-19 (Coronavirus Disease-2019). Kami menawarkan US$ 1,6 triliun dan, seperti biasa, dia tidak bernegosiasi dengan niat baik.

"Saya menolak permintaan mereka, demi masa depan negara kita. Saya sudah meminta perwakilan saya untuk berhenti bernegosiasi sampai pilpres, dan ketika saya menang, saya akan meneken stimulus besar bagi para pekerja dan usaha kecil.

"Saya sudah meminta Mitch McConnell (Pimpinan Senat AS) untuk tidak menunda, tetapi untuk saat ini fokus saja ke pemilihan Hakim Agung Amy Connet Barrett pilihan saya.

"Ekonomi sedang sangat bagus. Pasar saham terus mencatat rekor tertinggi, lapangan kerja juga demikian. Kita memimpin dalam hal pemulihan ekonomi, dan yang terbaik masih akan menanti pada masa mendatang!" cuit Trump melalui utas (thread) di Twitter.



Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), menegaskan bahwa ekonomi dan rakyat Negeri Adikuasa membutuhkan stimulus fiskal. Menurutnya, risiko 'overdosis' stimulus lebih kecil ketimbang kekurangan stimulus.

"Risiko melakukan stimulus berlebih saat ini lebih kecil. Stimulus yang besar tidak akan terbuang percuma. Pemulihan ekonomi akan lebih kuat dan cepat apabila kebijakan fiskal dan moneter berjalan beriringan menyediakan dukungan sampai kita keluar dari 'rimba belantara' ini," tegas Powell dalam paparan di acara National Association for Business Economics (NABE), seperti dikutip dari Reuters.

Dengan mandeknya pembahasan stimulus, maka prospek pemulihan ekonomi AS menjadi penuh tanda tanya. Saat pemulihan ekonomi AS samar-samar, maka negara lain pun begitu mengingat AS adalah perekonomian terbesar di dunia, negara konsumen terbesar di kolong atmosfer.

Ketidakpastian pemulihan ekoomi AS (dan dunia) membuat investor memilih bermain aman. Salah satunya dilakukan dengan mengoleksi dolar AS, yang memang berstatus sebagai aset aman (safe haven). Jadi rupiah harus hati-hati, karena penguatan dolar AS bisa membuat mata uang Ibu Pertiwi terpeleset ke jalur merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular