
Lagi-lagi Efek UU Omnibus Law, Investor Serbu Obligasi RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah kembali melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini (6/10/2020), senilai Rp 26,1 triliun. Nilai SUN yang dimenangkan sama dengan target emisi sebelumnya, dengan target indikatif Rp 20 triliun.
Surat berharga yang dilelang kali ini meliputi seri SPN12210108 (reopening), SPN12211007 (reopening), FR0086 (reopening), FR0087 (reopening), FR0080 (reopening), FR0083 (reopening), dan FR0076 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
![]() Lelang SUN |
Dalam proses lelang tersebut, pemerintah mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription), 2 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 49,47 triliun.
Penawaran yang terbesar dibukukan seri FR0087, senilai Rp 15,44 triliun, dengan bid to cover ratio sebesar 1,53 kali. Pemerintah akhirnya memenangkan senilai Rp 10,1 triliun.
Sebaliknya penawaran yang terkecil terjadi pada seri SPN12210108 senilai Rp 2,67 triliun dengan bid to cover ratio 1,3 kali. Nilai yang dimenangkan sebesar Rp 2,05 triliun.
Sedangkan dari imbal hasil (yield) yang terbesar ada pada seri FR0076 senilai Rp 4,9 triliun dengan bid to cover ratio 3,92 kali dan yield yang terkecil ada pada seri SPN12210108.
![]() Lelang SUN |
Pada lelang sebelumnya, penawaran yang masuk sebesar Rp 46,12 triliun, artinya jumlah penawaran yang masuk mengalami kenaikan, setelah pada lelang-lelang sebelumnya mengalami penurunan minat investor.
Pengesahan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia hari ini. Investor tampaknya optimistis UU ini akan mengatasi banyak persoalan investasi di Indonesia.
Selain itu, isu resesi sepertinya membuat investor kembali berinvestasi di SUN, sehingga investor cenderung bermain aman karena keuntungan riil (real return) dari yield SUN masih terbilang menarik.
Resesi di kuartal III-2020 sudah pasti akibat lesunya perekonomian, tetapi seberapa dalam kontraksi produk domestik bruto (PDB) yang masih menjadi misteri. Di kuartal II-2020 lalu, PDB mengalami kontraksi 5,32% year-on-year (YoY).
Selain itu, tanda resesi lainnya dapat digambarkan melalui keyakinan konsumen. Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode September 2020 sebesar 83,4. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,9.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen punya persepsi yang pesimistis menghadapi samudera ekonomi saat ini dan beberapa bulan mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lelang SUN Perdana 2021, Pemerintah Berhasil Raup Rp 97,2 T
