Trump Positif Corona hingga Resesi, Begini Pergerakan SBN RI

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 October 2020 19:45
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Komisi XI DPR RI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani di Komisi XI DPR RI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi Indonesia bervariasi di pekan ini, tetapi mayoritas mengalami pelemahan. Banyak sentimen yang mempengaruhi, mulai dari serangkaian data dari dalam negeri yang menegaskan akan terjadinya resesi, pembahasan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS), hingga Presiden AS Donald Trump yang terinfeksi virus corona.

Harga surat berharga negara (SBN) yang mengalami kenaikan di tenor 3, 15, dan 20 tahun, yang tercermin dari penurunan yield-nya. Untuk diketahui pergerakan yield dan harga SBN berlawanan arah, saat harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

SBN tenor 3 tahun mengalami penguatan paling besar, yang terlihat dari penurunan yield-nya sebesar 8,8 basis poin menjadi 5,078%. Sementara harga SBN tenor 10 tahun yang mengalami penurunan paling besar, dimana yield-nya naik 10,4 basis poin ke 5,783%.

Dari dalam negeri, serangkaian data menunjukkan Indonesia berisiko mengalami resesi di kuartal III-2020. Resesi sepertinya sudah pasti, Cuma seberapa dalam kemerosotan ekonomi yang masih belum diketahui. Pada kuartal II-2020 lalu, produk domestic bruto (PDB) Indonesia mengalami kontraksi sebesar 5,3% year-on-year (YoY).

Pada Kamis (1/1/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode September 2020. Hasilnya tidak jauh dengan perkiraan pasar.

BPS melaporkan terjadi lagi deflasi di mana data IHK bulanan (month-to-month/MtM) pada September tercatat -0,05%. 

Ini menjadi yang ketiga dalam tiga bulan beruntun, berarti deflasi tidak terputus sepanjang kuartal III-2020. Angka yang dilaporkan BPS tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu deflasi 0,03% MtM.

Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 1,42%, tidak jauh dari konsensus pasar yang memperkirakan 1,43%. Kemudian inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) adalah 0,89%.

Di hari yang sama, Markit melaporkan sektor manufaktur Indonesia juga kembali mengalami kontraksi. Aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) pada September 2020 berada di angka 47,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,8.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50 berarti kontraksi, di atas 50 berarti ekspansi.

Sementara itu dari luar negeri, kabar stimulus fiskal AS sempat membuat sentimen pelaku pasar global membaik, dan kembali mengalirkan modalnya ke negara emerging market, termasuk ke pasar obligasi dalam negeri.

House of Representative (DPR) sudah meloloskan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun.

Meski demikian, paket stimulus tersebut harus lolos lagi di Senat agar bisa cair. Paket stimulus tersebut di ajukan oleh Partai Demokrat yang menguasai DPR AS, sehingga bisa lolos dengan mudah. Tetapi Senat AS dikuasai oleh Partai Republik, sehingga masih menjadi tanda tanya apakah stimulus tersebut pada akhirnya akan cair atau kembali mandek.

Sleain itu, pada hari Jumat waktu Indonesia, kabar mengejutkan datang dari Presiden Trump yang mengumumkan dirinya dan Ibu Negara Melania Trump positif penyakit virus corona (Covid-19).

"Malam ini, Ibu negara dan saya dites dan positif Covid-19. Kami akan segera memulai proses karantina dan pemulihan kami. Kami akan melewati ini Bersama!" tutur Trump dalam social media Twitternya, Jumat (2/10/2020).

Pengumuman tersebut sontak membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk.

Kondisi Presiden Trump yang dirawat di Rumah Sakit Walter Reed dikabarkan sudah mulai membaik, oleh dokter kepresidenan, dr. Sean Conley, Sabtu waktu setempat.

"Saat ini, saya dan tim sangat senang melihat perkembangan kesehatan presiden," kata Conley sebagaimana dilansir CNBC International.

"Pada hari Kamis ia menderita batuk ringan dan hidung mampet serta kelelahan. Sekarang semuanya sudah diatasi dan kondisinya membaik," tambahnya,
Tetapi pernyataan Conley berbeda dengan seorang sumber dari Gedung Putih.

"Kondisi vital presiden dalam 24 jam terakhir sangat mengkhawatirkan, dan 48 jam ke depan menjadi sangat penting dalam hal perawatannya," kata sumber tersebut kepada beberapa wartawan yang sering ikut berpergian dengan Presiden Trump.

"Kita belum berada pada posisi penyembuhan total," kata sumber tersebut sebagaimana dilansir CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular