
Luhut Keras Soal Harga Remdesivir Cs, Ini Respons Indofarma

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indofarma Tk (INAF) menyebutkan harga jual Remdesivir, salah satu jenis obat yang digunakan untuk terapi Covid-19, masih bisa diturunkan dari harga jualnya saat ini. Adapun perusahaan in menjual obat ini seharga Rp 1,3 juta per vial.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan tingkat harga jual obat ini bergantung pada jumlah supply yang ada dan permintaan di pasar. Saat perusahaan dan Kementerian Kesehatan sedang menghitung jumlah kebutuhan Remdesivir hingga akhir tahun.
"Insyaallah dalam waktu dekat ada kejelasan jumlah demand jadi kami bisa memberikan perkiraan berapa supply yang bisa kami pasok dan Insyaallah bisa menurunkan harga Remdesivir," kata Arief dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, kemarin Senin (5/10/2020).
Dia menjelaskan, hingga saat ini di dunia hanya satu perusahaan yang memiliki hak paten untuk produk ini yakni Gilead, perusahaan asal Amerika Serikat. Sedangkan untuk hal produksinya dipegang oleh beberapa pabrikan di India, salah satunya Mylan yang bekerja sama dengan Indofarma.
"Kalau soal harga setuju bahwa kalau bisa harga ini serendah mungkin dan kami sedang berusaha untuk itu, harga ini juga bergantung dengan supply dan demand," jelas dia.
Adapun saat ini di Indonesia hanya dua perusahaan yang bakal memasok Remdesivir mulai bulan ini, yakni Indofarma dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan supply yang akan didatangkan dari India namun perusahaan yang berbeda.
Indofarma memasarkan Remdesivir dengan merk dagang Desrem ini akan dijual dengan harga Rp 1,3 juta per vial.
Sedangkan dari Kalbe Farma akan menjual dengan merk Covifor seharga Rp 1,5 juta per vial. Harga ini telah diturunkan dari sebelumnya Kalbe membandrol dengan harga Rp 3 juta per vial.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) memperingatkan kepada produsen obat Covid 19 dalam negeri agar tidak memainkan harga jual di pasaran.
"Kalbe Farma, Bio Farma, Indofarma dan perusahaan farmasi lainnya saya minta jangan buat harga yang terlalu tinggi, sesuai kewajaran saja karena ini masalah kemanusiaan dan tolong perhatikan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang sulit saat ini," tegas Luhut dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, Senin (5/10/2020).
Pemerintah, menurut Luhut, telah memiliki kumpulan data mengenai harga obat berbasis Free on Board (harga barang di tempat asal) dari negara-negara eksportir seperti India, Tiongkok dan Jerman.
"Database ini akan digunakan untuk mengevaluasi kewajaran harga obat-obatan Covid19 yang ada di pasar, dan saya minta pak Terawan [Terawan Agus Putranto, Menkes] untuk mengawasi secara ketat hal ini," kata dia.
Kebijakan ini sangat perlu dilakukan khususnya untuk obat-obat yang bahan bakunya masih diimpor dari luar negeri atau obat yang masih belum mampu diproduksi dalam negeri.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mahalnya Remdesivir Impor Kalbe Farma, Dijual Rp 3 Juta/Unit