Bos Bio Farma Ungkap Stok Obat Terapi Covid-19, Masih Aman?

Jakarta, CNBC Indonesia - Induk dua emiten farmasi, PT Kimia Farma tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF), PT Bio Farma (Persero) menyebutkan jumlah stok dari empat obat teratas dalam rangka terapi pasien Covid-19 di Indonesia.
Sebanyak empat obat terapi Covid-19 teratas ini terus dipersiapkan oleh perusahaan farmasi BUMN ini, terutama untuk mengantisipasi jika terjadi kenaikan kasus di libur panjang yang akan datang.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh perusahaan, jumlah obat tersebut hanya tersedia untuk kurang dari 2 juta pasien.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan empat obat teratas untuk terapi Covid-19 ini antara lain Remdesivir 100 miligram, Oseltamivir, Favipiravir, dan Ivermectin.
"Kesiapan ketersediaan obat terapi Covid karena harus antisipasi, seperti disampaikan Pak Menteri Kesehatan seandainya di nataru itu ada lonjakan sehingga kami juga siapkan stok obat yang digunakan selama ini untuk penanganan covid," kata Honesti dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (8/11/2021).
Dia menjelaskan, hingga 5 November 2021, stok Remdesivir tersedia untuk 21.538 pasien dan Oseltamivir untuk 1,22 juta pasien.
Lalu Favipiravir masih tersedia pasokan untuk 355.000 pasien dan Ivermectin masih tersedia untuk 626.800 pasien.
"Dari sisi distribusi sudah didistribusikan ke titik-titik di mana kebutuhannya nanti bisa didapatkan masyarakat seandainya ada lonjakan," terang dia.
Ivermectin Dinilai Tak Ampuh
Dalam kesempatan sebelumnya, sebetulnya sudah disinggung mengenai penggunaan Ivermectin di Indonesia yang masih terus dilakukan sebagai salah satu jenis terapi yang diberikan kepada pasien Covid-19.
Kendati menurut penelitian di Malaysia, yang dilakukan oleh Institute of Clinical Research (ICR) yang dirilis Kementerian Kesehatan Malaysia, disebutkan bahwa Ivermectin dinilai tidak efektif untuk melawan Covid-19.
"Penelitian mengungkapkan bahwa mereka yang memiliki Ivermectin mengalami efek samping tiga kali lebih banyak dan efek samping yang paling umum adalah diare," kata Tan Sri Noor Hisham Abdullah, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, dikutip CNBC Indonesia baru-baru ini.
Ketua Penelitian, Dr Steven Lim Chee Loon mengungkapkan tidak ada perbedaan signifikan pada penerimaan ICU, ventilasi mekanis, pemulihan gejala, parameter darah dan resolusi X-ray.
Dia juga menambahkan Ivermectin tidak direkomendasikan untuk masuk dalam pengobatan Covid-19.
"Berdasarkan hasil studi I-Tech, Ivermectin tidak dapat direkomendasikan untuk dimasukkan dalam pedoman pengobatan Covid-19 saat ini karena Ivermectin tidak mengurangi risiko penyakit parah akibat Covid-19," terangnya.
Bukan hanya Malaysia yang tidak merekomendasikan obat ini. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS) dan India juga menyarankan hal yang sama.
Larangan penggunaan obat ini karena belum ada uji ilmiah yang mumpuni dari Ivermectin.
[Gambas:Video CNBC]
Ini 7 Fakta Ivermectin, Obat Cacing atau Terapi Covid-19?
(tas/tas)