
UU Ciptaker Bikin Dolar Australia Merosot 1,2% ke Rp 10.639

hsgJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia merosot melawan rupiah pada perdagangan Selasa (6/10/2020), meski bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) tidak menurunkan suku bunganya pada hari ini. Rupiah memang sedang perkasa setelah Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mengesahkan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.
Melansir data Refinitiv, dolar Australi pada awal perdagangan hari ini merosot 1,2% ke Rp 10.490,1/AU$ di pasar spot. Posisinya membaik, pada pukul 13:24 WIB AU$ 1 setara Rp 10.548,35, dolar Australia melemah 0,65%.
Rapat Paripurna DPR RI Senin 5 Oktober 2020 mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja (Omnibus Law Ciptaker) menjadi Undang-undang resmi.
Pengesahan tersebut baru akan direspon pelaku pasar pada hari ini.
"Pengesahan UU ini seharusnya dipandang sebagai sentimen positif. Namun memang dampaknya tidak bisa dirasakan segera," kata Wellian Wiranto, Ekonom OCBC, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma berpendapat, Omnibus Law diharapkan menjadi katalis positif bagi iklim investasi di Indonesia kendati saat ini sedang menghadapi pandemi Covid-19.
"[Omnibus Law] cukup memberikan harapan, walau kalau dilihat maksimum pesangon masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara pesaing," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (5/10/2020).
Suria melanjutkan, memang di saat pandemi seperti ini, investor masih akan cenderung wait and see dalam berinvestasi, namun adanya perbaikan dari sisi regulasi diharapkan bisa memberikan katalis positif.
Sementara itu dari Australia, dalam pengumuman rapat kebijakan moneter RBA mempertahankan suku bunga sebesar 0,25%.
Keputusan tersebut sesuai dengan prediksi analis dari Westpac Bank, Bill Evans. 2 pekan lalu Evans memprediksi RBA akan memangkas suku bunga menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% pada hari ini. Sementara target yield obligasi tenor 3 tahun juga dipangkas menjadi 0,1% dari 0,25%.
Selain memangkas suku bunga dan menurunkan target yield obligasi tenor 3 tahun, Evans juga memprediksi RBA akan melakukan pembelian obligasi dengan tenor 5 dan 10 tahun.
Namun Evans pekan lalu merevisi prediksinya, dan memperkirakan RBA akan memangkas suku bunga di bulan November.
RBA sendiri pada hari ini memberikan sinyal akan ada pelonggaran moneter lagi ke depannya untuk memacu perekonomian yang merosot akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Ekonom yang disurvei Reuters memprediksi RBA akan memangkas suku bunga 15 basis poin menjadi 0,1% pada bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina
