
Cukup? Tenaga IHSG Cuma Kuat 1%, Kalo Lebih Itu Bonus

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Selasa (6/10/20) ditutup hijau 1,03% di level 5.009,88 berhasil ditutup di atas level psikologis 5.000.
Para pelaku pasar merespons positif disahkanya UU Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) yang akan membereskan aturan yang tumpang tindih dan memberi kejelasan investasi.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual sebanyak Rp 90 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 3,9 triliun.
Dari dalam negeri, Rapat Paripurna DPR RI Senin 5 Oktober 2020 mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja (Omnibus Law Ciptaker) menjadi Undang-undang resmi.
Omnibus Law adalah pengubah permainan (game changer) dalam iklim investasi dan iklim usaha Indonesia, karena menjanjikan kemudahan berusaha dan memangkas peraturan yang tumpang-tindih di berbagai Undang-Undang.
Namun UU ini dinilai bisa berakhir blunder, mengingat buruh tetap melakukan mogok nasional 3 hari mulai Selasa hingga Kamis 8 Oktober mendatang.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area garis batas atas, dengan BB yang cenderung menyempit maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terbatas atau sideways.
Untuk merubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.027. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 4.980.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 68, yang menunjukkan belum adanya indikator jenuh jual maupun jenuh beli atau netral.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area garis batas atas, maka pergerakan selanjutnya cenderung sideways atau bergerak menyamping. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang masih berada di angka netral.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000