
Ada Apa nih, Kok Asing Crossing Saham Sari Roti Rp 459 M?

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing kembali masuk ke saham PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), produsen roti merek Sari Roti, pada perdagangan sesi I di tengah tekanan jual asing di pasar reguler pada perdagangan hari ini, Senin (5/10/2020).
Data perdagangan mencatat, investor asing masuk melalui broker PT BCA Sekuritas (SQ) dengan melakukan pembelian sebanyak 3.750.337 lot di harga Rp 1.225/unit sehingga dana yang digelontorkan mencapai Rp 459 miliar.
Broker penjual sendiri merupakan broker yang sama yakni SQ sehingga ini merupakan transaksi tutup sendiri alias crossing.
Harga saham ROTI diperdagangkan turun tipis 0,82% ke level Rp 1.215/unit di tengah kenaikan IHSG 0,28%. Secara tahun berjalan ROTI tinggal terkoreksi 6,54%.
Sebelumnya Selasa lalu (29/9/20) asing juga sudah masuk ke saham ROTI dengan nilai transaksi di pasar negosiasi mencapai Rp 121,20 miliar.
Data perdagangan mencatat, saham produsen roti merek Sari Roti ini dibeli dan dijual melalui satu sekuritas (crossing) yakni PT Sucor Sekuritas (AZ) sebanyak 98.537.515 saham di harga Rp 1.230/unit sehingga nilai transaksi mencapai Rp 121,20 miliar.
Sehingga dalam rentang 5 hari perdagangan asing sudah masuk ke saham ROTI sebanyak Rp 580 miliar.
Sebagai informasi, pasar negosiasi di BEI adalah satu dari tiga jenis transaksi di bursa saham. Jenis transaksi lain yaitu transaksi di pasar reguler atau pasar biasa, dan pasar tunai.
Transaksi di pasar reguler merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme tawar menawar berkelanjutan dan menjadi fasilitas bertransaksi dengan harga normal dan jumlah transaksi minimal 1 lot (100 saham).
Sebaliknya, transaksi besar yang dilakukan di pasar negosiasi biasanya melibatkan pemilik atau pemegang saham besar yang tidak ingin merusak harga di pasar reguler. Harga dan jumlah transaksi bisa ditentukan oleh kedua belah pihak tanpa perlu mengikuti harga pasar.
Sementara itu, pasar tunai adalah pasar di mana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh perusahaan efek anggota bursa (AB) melalui sistem JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang sama alias hari itu juga (T+0).
Sebelumnya emiten produsen roti Grup Salim ini sudah melakukan pembelian kembali (buyback) saham perusahaan pada periode 20 Juli 2018 sampai dengan 11 Juni 2020.
Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, jumlah total saham hasil buyback adalah sebanyak 375.033.700 saham. Namun perseroan tidak menyebutkan harga pelaksanaan buyback tersebut.
Mengacu data keterbukaan di BEI pada 12 Maret silam, perseroan menegaskan akan melakukan buyback dengan target sebanyak-banyaknya 700 juta saham di harga saham maksimal Rp 1.500/saham, pada periode 12 Maret 2020 hingga 11 Juni 2020.
Sebab itu, jika mengacu pada harga maksimal yang ditetapkan ROTI itu, maka nilai buyback itu bisa mencapai Rp 562,55 miliar.
"Alasan buyback ini dilakukan untuk menstabilkan harga dalam kondisi pasar yang fluktuatif. Selain itu juga dilakukan untuk memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk mengelola modal jangka panjang," tulis manajemen ROTI dalam prospektus di Maret lalu.
Setelah buyback, manajemen mengungkapkan perseroan akan akan menjual dan mengalihkan seluruh saham hasil buyback tersebut, yaitu sebanyak 375.033.700 saham kepada Lief Holdings Pte. Ltd dan/atau pihak afiliasinya (disebut Pembeli).
"Waktu pelaksanaan pengalihan saham hasil buyback akan dilakukan paling cepat 14 hari kalender terhitung sejak tanggal keterbukaan informasi ini [21/9]," tulis manajemen ROTI.
Adapun harga pelaksanaan buyback akan ditentukan berdasarkan Pasal 18 huruf (d) butir 1 POJK No. 30/2017, yaitu harga pengalihan saham tidak boleh lebih rendah dari harga rata-rata buyback.
Selain itu, harga tidak boleh lebih rendah dari harga penutupan perdagangan harian di BEI 1 hari sebelum tanggal penjualan saham; atau harga rata-rata dari harga penutupan perdagangan harian di BEI selama 90 hari terakhir sebelum tanggal penjualan saham, mana yang lebih tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000