Sentimen Pasar Pekan Depan

Masih Was-was, Pelaku Pasar Soroti Kesehatan Donald Trump

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 October 2020 22:12
Donald Trump dipindahkan ke Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed usai dinyatakan positif COVID-19
Foto: Presiden Donald Trump tiba di Walter Reed National Military Medical Center, di Bethesda, Md., Jumat, 2 Oktober 2020, dengan helikopter Marine One setelah ia dinyatakan positif COVID-19. (AP / Jacquelyn Martin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,39% sepanjang pekan ini ke 4.926,734. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG hanya menguat 1 kali pada Kamis. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,47 triliun.

Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.830/US$ sepanjang pekan ini.

Meski demikian, jika dilihat lebih ke belakangan, rupiah sebenarnya dalam tren pelemahan, meski pergerakannya smooth, tidak mengalami gejolak seperti bulan Maret lalu.

Harga surat berharga negara (SBN) yang mengalami kenaikan di tenor 3, 15, dan 20 tahun, yang tecermin dari penurunan yield-nya. Untuk diketahui pergerakan yield dan harga SBN berlawanan arah, saat harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

SBN tenor 3 tahun mengalami penguatan paling besar, yang terlihat dari penurunan yield-nya sebesar 8,8 basis poin menjadi 5,078%. Sementara harga SBN tenor 10 tahun yang mengalami penurunan paling besar, dimana yield-nya naik 10,4 basis poin ke 5,783%.

Kabar mengejutkan datang di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (2/10/2020), Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump positif terpapar virus corona.


"Malam ini, Ibu negara dan saya dites dan positif Covid-19. Kami akan segera memulai proses karantina dan pemulihan kami. Kami akan melewati ini Bersama!" tutur Trump dalam social media Twitternya, Jumat (2/10/2020).

Pengumuman tersebut sontak membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk pada hari Jumat, perkembangan kondisi kesehatan Presiden Trump akan menjadi perhatian utama pelaku pasar pekan depan.

Kondisi Presiden Trump yang dirawat di Rumah Sakit Walter Reed dikabarkan sudah mulai membaik, oleh dokter kepresidenan, dr. Sean Conley, Sabtu waktu setempat.

"Saat ini, saya dan tim sangat senang melihat perkembangan kesehatan presiden," kata Conley sebagaimana dilansir CNBC International.

"Pada hari Kamis ia menderita batuk ringan dan hidung mampet serta kelelahan. Sekarang semuanya sudah diatasi dan kondisinya membaik," tambahnya.

Tetapi pernyataan Conley berbeda dengan seorang sumber dari Gedung Putih.

"Kondisi vital presiden dalam 24 jam terakhir sangat mengkhawatirkan, dan 48 jam ke depan menjadi sangat penting dalam hal perawatannya," kata sumber tersebut kepada beberapa wartawan yang sering ikut berpergian dengan Presiden Trump.

"Kita belum berada pada posisi penyembuhan total," kata sumber tersebut sebagaimana dilansir CNBC International.

Jika kondisi Trump benar membaik, sentimen pelaku pasar tentunya juga ikut pulih dan aset-aset berisiko berpeluang menguat termasuk IHSG, rupiah, dan SBN.

Begitu juga sebaliknya, aset-aset berisiko akan rontok dan aset safe haven kembali menjadi favorit investasi jika kondisi Trump dikatakan masih mengkhawatirkan.

Stimulus fiskal di AS juga akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial global. House of Representative (DPR) sudah meloloskan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun.

Meski demikian, paket stimulus tersebut harus lolos lagi di Senat agar bisa cair. Paket stimulus tersebut di ajukan oleh Partai Demokrat yang menguasai DPR AS, sehingga bisa lolos dengan mudah.

Tetapi Senat AS dikuasai oleh Partai Republik, sehingga masih menjadi tanda tanya apakah stimulus tersebut pada akhirnya akan cair atau kembali mandek.



Presiden Trump meski tengah menjalani perawatan, mendesak Kongres AS untuk mengesahkan stimulus fiskal guna menanggulangi pandemi Covid-19.

"AS KITA YANG LUAR BIASA MENGINGINKAN & MEMBUTUHKAN STIMULUS. BEKERJA SAMA LAH DAN SELESAIKAN. Terima kasih!" tuturnya dalam cuitan di akun Twitternya @realDonaldTrump pada Minggu dini hari tadi (04/10/2020).

Gelontoran stimulus fiskal tentunya akan mendongkrak sentimen pelaku pasar.

Sementara itu dari dalam negeri, akan dirilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada hari Selasa, cadangan devisa pada hari Rabu, dan penjualan eceran di hari Kamis.

Pada Agustus, IKK berada di 86,9. Sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,2.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, artinya konsumen belum percaya diri memandang situasi ekonomi.
Memang IKK masih jauh dari angka 100, tetapi setidaknya jika kembali mengalami kenaikan berarti perlahan ada pemulihan.

Cadangan devisa pada akhir Agustus sebesar US$ 137 miliar, naik dari posisi akhir Juli yang juga rekor tertinggi sebelumnya US$ 135,1 miliar. Cadangan devisa di bulan Agustus merupakan yang tertinggi sepanjang masa.

Penambahan cadangan devisa membuat Bank Indonesia memiliki lebih banyak amunisi untuk meredam rupiah jika mengalami gejolak. Saat stabilitas rupiah terjaga, maka investor akan lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri. Oleh karena itu, peningkatan cadangan devisa bisa mendongkrak pasar finansial dalam negeri.

Sementara itu, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) mengalami kontraksi 12,3% pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama delapan bulan beruntun, dan di bulan Agustus sepertinya masih akan sama. Data ini berisiko menjadi sentimen negatif.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular