Gawat! Trump Positif Covid-19, Minyak Ambles di Bawah US$ 40

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 October 2020 13:57
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif diperdagangkan makin drop siang ini, Jumat (2/10/2020). Ketika pagi hari tadi harga minyak hanya drop 1%, siang ini anjlok lebih dari 2%.

Pada 13.40 WIB, harga minyak berjangka Brent turun 2,83% ke US$ 39,75/barel. Sementara untuk minyak berjangka acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 2,79% ke US$ 37,6/barel.

Pemicu utama amblesnya harga minyak mentah global adalah pandemi Covid-19 yang terus merebak dan membuat beberapa negara terlihat melakukan pembatasannya lagi. Di Spanyol misalnya, Madrid sebagai hot spot bakal lockdown lagi beberapa hari mendatang.

Kemudian di Rusia, walikota Moscow memerintahkan para pelaku usaha untuk membiarkan 30% dari stafnya bekerja dari rumah masing-masing. Lockdown dan pembatasan yang dilakukan ini menjadi momok yang mengerikan di pasar energi.

Kabar terbaru yang juga menggemparkan adalah Presiden AS Donald Trump & istrinya dinyatakan positif mengidap Covid-19.

Sebelumnya CNBC International melaporkan ajudan dan penasihat dekatnya Hope Hicks positif virus corona. Ia sebelumnya bersama Trump dalam sejumlah penerbangan sejak Selasa (29/9/2020) dan Rabu (30/9/2020).

Kabar ini seolah semakin mengkonfirmasi bahwa Covid-19 memang masih menjadi ancaman yang serius, terutama bagi negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia yaitu AS.

Kasus Covid-19 di AS per hari ini sudah tembus 7,2 juta dan angka kematiannya sudah mencapai 206 ribu orang.

"Sudah terbukti bahwa virus belum dapat dikontrol. Laju infeksi mengalami kenaikan, dan kematian global sudah menembus angka 1 juta yang mengindikasikan dunia kembali menjadi tempat yang suram" kata analis minyak PVM Tamas Varga, dilansir Reuters.

Di saat permintaan minyak berpotensi turun tajam lagi, pasokan minyak justru bertambah. Inilah yang menjadi faktor yang menekan harga emas hitam tersebut di bulan September ini.

Kenaikan output tersebut didongkrak oleh peningkatan pasokan dari Libya dan Iran yang tak masuk ke dalam pakta pemangkasan OPEC dan aliansinya (OPEC+). Output minyak Libya naik menjadi 270 ribu bpd setelah blokade terhadap ladang minyaknya dibuka.

Dalam survei Reuters, 40 analis dan ekonom sekarang melihat permintaan global menyusut 8 juta-9,8 juta bpd tahun ini, relatif membaik dibandingkan konsensus 8 juta-10 juta bpd bulan lalu.

Namun mereka memangkas prospek harga minyak tahun ini, dengan rata-rata perkiraan untuk patokan minyak mentah Brent di US$ 42,48 per barel untuk tahun 2020 turun dari perkiraan rata-rata US$ 42,75 bulan lalu.

Prospek harga minyak mentah AS 2020 berada di US$ 38,70 per barel versus US$ 38,82 yang diperkirakan pada bulan Agustus.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Eropa Ada yang Mau Lockdown Lagi, Harga Minyak Rontok

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular