
IHSG Mulai Bonyok, Deretan Saham Ini Biang Keroknya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan Jumat (2/10/20) 10:25 WIB ambles 0,33% ke level 4.953,22 setelah sempat turun parah ke level terendahnya 4.938,75 atau penurunan 0,64%.
Penurunan ini seakan menghapus kenaikan tajam IHSG pada perdagangan kemarin di atas 2%, di tengah kabar konfirmasi keberadaan Indonesia di bibir jurang resesi yang semakin pasti.
Akan tetapi siapakah yang menjadi penyebab anjloknya indeks acuan nasional ini?
Simak tabel berikut.
Deretan Saham-saham Big Cap yang Terkoreksi
Lagi-lagi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menjadi motor penggerak penurunan IHSG hari ini, meskipun hanya terdepresiasi 0,99% BBCA berhasil mengerek IHSG turun sebesar 8,12 poin karena kapitalisasi pasar BBCA yang sangat jumbo.
Bandingkan dengan perbankan lain di posisi ke empat yang anjlok kurang lebih sama yakni 0,88% akan tetapi 'hanya' memberatkan IHSG sebanyak 0,98 indeks poin.
Di posisi kedua sendiri terdapat emiten pelat Merah non-bank terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Setelah sahamnya melesat tinggi kemarin, TLKM terkoreksi 1,82% dan mengerek turun IHSG sebanyak 6,7 indeks poin.
Dapat dilihat dari tabel di atas, dari 5 penggerak turun pasar pada hari ini dua di antaranya datang dari sektor perbankan.
Maka dari itu sektor penyebab penurunan IHSG yang kembali gagal mendekati level psikologisnya 5.000 adalah sektor finansial, indeks sektor finansial sendiri turun 0,43% pada pagi hari ini. Untuk indeks sektor perbankan INFOBANK15 turun lebih parah sebesar 0,58%.
Penyebab amblesnya IHSG yang dikarenakan oleh koreksi harga-harga saham perbankan ini masuk akal, karena tulang punggung IHSG memang dari dulu adalah sektor finansial karena sektor ini dihuni oleh para raksasa-raksasa kapitalisasi pasar maka naik atau turunnya IHSG tergantung dari sektor ini.
Penurunan hari ini sendiri dampak dari hampir pastinya Indonesia jatuh ke jurang resesi setelah munculnya rilis data dari dalam negeri yang kurang ciamik oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan pada September terjadi deflasi sebesar 0,05% meskipun survei dari Bank Indonesia memprediksikan terjadinya inflasi sebesar 0,05% dan konsensus juga menargetkan hal yang sama.
Hal ini artinya selama kuartal ketiga tahun 2020, Indonesia terus-terusan mengalami deflasi setelah sebelumnya bulan Juli dan Agustus IHSG mengalami deflasi 0,05% dan 0,1% yang mengindikasikan adanya masalah daya beli masyarakat dan mengkonfirmasi bahwa memang Indonesia sudah sangat dekat dengan jurang resesi.
Dari pasar global juga kondisi kurang mendukung perekonomian global, setelah negosiasi paket stimulus antar Partai Demokrat dan Partai Republik kembali tegang.
Juru Bicara House of Representative, Nancy Pelosi mengkritisi tawaran stimulus yang diberikan oleh White House yang menyebabkan pudarnya optimisme investor akan paket stimulus yang akan tiba dalam waktu dekat.
"Ini bukan setengah dari kue, tawaran yang mereka berikan hanyalah ujung kue saja, tidak berguna bernegosiasi dengan mereka apabila mereka tidak menginginkan terjadinya kesepakatan," ujar Nancy,
Gedung Putih menawarkan Nancy paket stimulus sebesar US$ 1,6 triliun dari proposal Partai Demokrat yakni sebesar US$ 2,2 triliun. Tawaran dari Gedung Putih termasuk tambahan 400 US$ per minggu untuk para pengangguran, lebih sedikit dari 600 US$ yang diminta oleh Demokrat.
Paket stimulus ini juga menawarkan bantuan kepada industri maskapai penerbangan untuk mengurangi PHK setelah menurunya tingkat pengunaan pesawat pasca diserang pandemi virus corona. Maskapai penerbangan raksasa setuju tidak akan melakukan PHK terhadap karyawanya apabila paket stimulus ini cair.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500