Batu Bara Melesat 17% di September, Obat Kuatnya Apa Sih?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 October 2020 11:27
An undated handout photo of Whitehaven Coal's Maules Creek coal mine in New South Wales, Australia.   Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS   ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES
Foto: Tambang batubara Maules Creek Whitehaven Coal di New South Wales, Australia (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal Newcastle masih punya tenaga untuk menguat. Harga batu bara untuk kontrak yang aktif ditransaksikan di pasar kini berada di level tertingginya dalam lima bulan terakhir.

Pada perdagangan kemarin, Rabu (30/9/2020), harga batu bara ditutup dengan penguatan 0,73% ke US$ 61,85/ton. Ini merupakan harga tertinggi sejak 7 April 2020 lalu. Sepanjang bulan September harga batu bara telah melesat 17,25%.

Namun jika dihitung dari titik terendahnya sejak 7 September lalu, harga komoditas ini sudah menguat 23,9%. Sementara di sepanjang kuartal ketiga harga batu bara terapresiasi 15,8% dan sepanjang tahun berjalan masih drop 10,4%.

Kenaikan harga batu bara belakangan ini dipicu oleh sentimen positif yang datang dari China dan India. Di China, harga batu bara patokan domestiknya yaitu Qinhuangdao untuk kalori 5.500 Kcal/Kg naik 1,5% pekan lalu ke RMB 599/ton atau US$ 87,91/ton.

Harga tersebut sudah berada di atas green zone yang merupakan target harga informal yang dipatok oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu. Rentang harga tersebut merupakan level di mana perusahaan tambang dan utilitas masih bisa menjaga margin atau labanya.

Namun harga yang sudah terlampau sangat tinggi ini membuat minat impor batu bara lintas laut (seaborne) menjadi meningkat karena harganya lebih murah. Bayangkan saja untuk harga batu bara termal Newcastle spot pada Jumat pekan lalu (25/9/2020) dipatok di US$ 52,8/ton untuk kalori Kcal/Kg.

Hal ini juga yang membuat beredar isu bahwa China akan kembali melonggarkan kuota impornya. Tentu ini berdampak positif bagi harga batu bara yang sudah tertekan lama. Potensi kenaikan permintaan dan selisih (spread) yang terlampau lebar turut mengerek harga batu bara lintas laut.

Sentimen bullish juga muncul dari India. Reuters melaporkan kenaikan aktivitas industri terutama di wilayah Barat India membuat output pembangkit listrik berbahan bakar batu bara India meningkat 9,4% pada paruh pertama bulan September.

Secara total output pembangkit listrik negara tersebut naik 1,6% pada 15 hari pertama bulan ini. Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menyumbang 70% dari output listrik India pada 2019, menurut Otoritas Listrik Pusat India.

Porsi bahan bakar dalam pembangkit listrik turun hingga 60% selama penguncian virus korona, karena penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik meningkat.

Pergerakan harga batu bara ke depan akan sangat ditentukan oleh pergerakan harga batu bara domestik China. Apabila pasokan domestik masih ketat sementara permintaan terus meningkat, harga batu bara domestiknya akan naik dan juga akan ikut mengerek harga batu bara impor.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular