Cuannya Gak Kira-kira! 10 Saham Ini Cetak Untung Gede YTD

tahir saleh, CNBC Indonesia
01 October 2020 07:31
Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2018). Pasca ambruknya koridor lantai 1 di Tower 2 Gedung BEI kemarin (15/1/2018), hari ini aktifitas perdagangan saham kembali berjalan normal
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan September telah berlalu. Pada penutupan perdagangan terakhir di September, Rabu kemarin (30/9/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound dan memangkas koreksinya setelah ditutup 'hanya' terkoreksi 0,19% di angka 4.870,03.

Ini lebih baik mengingat data perdagangan mencatat, indeks acuan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sempat anjlok parah 0,77% setelah debat kepresidenan Amerika Serikat (AS) digelar pada Selasa waktu AS, antara Donald Trump dan Joe Biden.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 626 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 7 triliun.

Dengan demikian, dalam sebulan terakhir di September IHSG minus 8,32% dan secara tahun berjalan atau year to date (ytd) atau sejak Januari, IHSG ambles 22,69%.

Namun dari sisi harga saham, tercatat ada 10 saham yang memberikan keuntungan sangat signifikan secara year to date, Januari-30 September 2020.

Top Gainers Jan-Sept 2020

1. PT Indofarma Tbk (INAF) 228,74% di level Rp 2.860/saham

2. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) 131,20% di level Rp 2.890/saham

3. PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) 127,27%, di level Rp 750/saham

4. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) 90,48% di level Rp 320/saham

5, PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) 85,19% di level Rp 300/saham

6. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) 55,56% di level Rp 308/saham

7. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) 50,93% di level Rp 1.615/saham

8. PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) 49,25% di level Rp 100/saham

9. PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) 40,95% di level Rp 296/saham

10. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) 28,57% di level Rp 1.035/saham

Dari data BEI tersebut, duet maut Indofarma dan Kimia Farma memimpin deretan teratas saham top gainers ytd. Sentimen vaksin Covid-19 membuat dua saham anak usaha PT Bio Farma (Persero) ini melejit, diikuti dengan beberapa emiten farmasi lainnya.

Dalam hal jual bersih asing, net sell juga cukup kencang yakni Rp 13,97 triliun sepanjang September dan secara ytd net sell asing menembus Rp 60,16 triliun di pasar reguler.

Salah satu sentimen net sell ini, menurut Executive Director, Head of Indonesia Research and Strategy JPMorgan Sekuritas Indonesia Hendri Wibowo, karena pelaku pasar masih mencermati sentimen Covid-19 di Indonesia yang meningkat dan implementasi PSBB (pembatasan sosial berskala besar) khususnya di Ibu Kota Jakarta.

"Terutama announcement PSBB baru sejak 14 September, kita bisa lihat market [IHSG] turun hampir 10% sepanjang September. Sangat underperformed [IHSG] dibanding region," katanya dalam program Power Lunch, di CNBC TV Indonesia yang dipandu Muhammad Gibran, dikutip Kamis (1/10/2020).

Dia melihat posisi investor global saat ini yang lebih cenderung memilih investasi di negara maju (developing market) dibandingkan dengan negara berkembang (emerging market) dengan alasan sistem penanganan kesehatan yang lebih baik.

"Kita tahu Covid-19 sangat berkorelasi healthcare system, global investor posisinya saat ini cenderung ke developing dibanding emerging market seperti Indonesia, India, Filipina, di mana healthcare sistem ga sebagus negara maju."

Adapun di Asia pun, posisi investor asing cenderung memilih investasi di North East Asia (Asia Timur Laut) dibandingkan dengan South East Asia (Asia Tenggara).

"Kebanyakan sekarang lebih overweight ke North East Asia dibanding South East Asia, North East seperti China, Hong Kong, Korea, Taiwan. Global, investor cenderung lebih menempatkan dana ke developing dan melihat sistem kesehatan lebih baik, tren penurunan Covid-19, dengan melihat curva Covid-19, khusus di Asia tenggara, Singapura dan Thailand lebih bagus."

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Suria Dharma, menambahkan memang sentimen Covid-19 jadi pemicu net sell masih tinggi ditambah dengan sentimen luar negeri.

Jumlah kumulatif kasus positif Covid-19 di Indonesia pada Rabu kemarin (30/9) mencapai 287.008 orang. Angka tersebut bertambah sebanyak 4.284 kasus dari hari sebelumnya.

Dari jumlah itu, sebanyak 214.947 orang sembuh dan 10.740 orang meninggal dunia, berdasarkan data Kemenkes.

"Asing jual itu merata di berbagai sektor. Biasa kalau asing keluar, yang pertama tertekan biasanya 4 big banks juga. Penyebab utamanya untuk dalam negeri adalah masih meningkatnya kasus Covid 19 terutama di DKI yang menyebabkan PSBB diperketat. Padahal ini sudah masuk kuartal 4," jelas Suria.

Sementara itu, sentimen dari luar negeri yang membuat investor khawatir adalah, stimulus fiskal Amerika Serikat masih belum disepakati, padahal minggu depan Kongres AS sudah masuk periode reses selama sebulan.

"Ini menyebabkan USD Index menguat dan dana banyak yang kembali kesana karena USD menjadi lebih langka," tambahnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular