
PTBA Geber Terus Gasifikasi Batu Bara, Target Komersial 2025!

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan batu bara BUMN, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memastikan terus menjalankan proyek hilirisasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan kendati ekonomi Indonesia di ambang resesi, alias terkontraksi dalam dua kuartal beruntun akibat pandemi Covid-19.
Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin menyampaikan, proyek pengembangan Dimethyl Ether (DME) ini diyakini akan mengurangi ketergantungan impor energi LPG (Liquified Petroleum Gas) alias gas minyak bumi.
Dengan cadangan batu bara RI yang melimpah, 39,9 miliar ton pada Januari 2020, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan LPG sendiri melalui proses hilirisasi batu bara.
"Hilirisasi batu bara kita tetap jalan terus. Saat ini 70% masyarakat Indonesia masih gunakan LPG sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri restoran, hotel, menurut hemat saya ini produk substitusi impor, tidak ada terkait erat dengan resesi ekonomi," kata Arviyan, dalam paparan publik secara daring, Rabu (30/9/2020).
Riset CNBC Indonesia mencatat, sejak 2014-2018, konsumsi LPG di dalam negeri naik dari 6,1 juta ton menjadi 7,5 juta ton.
Artinya ada kenaikan kebutuhan LPG mencapai 5,3% per tahunnya. Sementara itu di saat yang sama produksi justru mengalami penurunan dari 2,4 juta ton menjadi 2 juta ton atau mengalami penurunan 4,4% per tahun.
Peningkatan kebutuhan yang tak dibarengi dengan kenaikan produksi membuat RI harus mengandalkan impor. Proporsi produksi domestik terhadap total kebutuhan LPG hanya sebesar 25%. Sebanyak 75% kebutuhan LPG dalam negeri dipasok dari luar negeri alias impor.
Arviyan melanjutkan, terkait gasifikasi batu bara ini, PTBA bekerja sama dengan Airproducts dan PT Pertamina (Persero).
Perjanjian kerja sama sudah diteken pada 2019 kemudian di tahun 2020 dilanjutkan dengan tahap rancangan engineering lebih detail untuk persiapan pembangunan pabrik Coal to Chemicals (DME) termasuk mempersiapkan hal terkait pra-konstruksi pembangunan pabrik.
Pabrik ini ditargetkan mulai berproduksi komersial pada tahun 2025 dengan konsumsi batu bara sekitar 6 juta ton per tahun selama minimal 20 tahun, untuk menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahunnya.
"Kita harapkan signing selesaikan di triwulan III tahun ini dan dalam waktu 36-48 bulan, pabrik bisa DME beroperasi. Kita akan kurangi impor LPG yang membebani devisa kita," paparnya.
Rencananya, usaha gasifikasi batu bara ini akan berlokasi di Mulut Tambang Batu Bara Peranap, Riau.
Selain proyek ini, PTBA juga telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) pada Desember 2017 untuk hilirisasi batu bara menjadi Urea, DME dan Polypropylene di Tambang Batu Bara di Tanjung Enim.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Bos Baru, PTBA Geber Target Produksi 50 Juta Ton/tahun
