Ada Apa Denganmu, Rupiah? Tadi Kuat kok Sekarang Lemah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 September 2020 10:20
Rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah kini melemah tipis di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (30/9/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.918. Rupiah menguat tipis hampir flat di 0,01% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Sedangkan di pasar spot, rupiah yang sempat menguat kini masuk jalur merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.850 di mana rupiah melemah 0,03%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,13%. Namun itu tidak bisa bertahan lama, rupiah kemudian melemah meski tipis saja.

Mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Mata uang yang mampu menguat adalah dolar Taiwan, won Korea Selatan, yuan China, ringgit Malaysia, yen Jepang, dan dolar Singapura.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:

Rupiah memang wajib waspada. Setiap akhir kuartal seperti sekarang, kebutuhan valas korporasi sedang tinggi untuk keperluan pembayaran utang, dividen, dan sebagainya. Rupiah rentan terkena tekanan jual sehingga bisa berbalik melemah kapan saja.

Selain itu, pelaku pasar juga terus memantau perkembangan debat calon presiden (capres) AS. Pagi ini, sang petahana Donald Trump (partai Republik) menjalani debat perdana dengan sang penantang Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat).

Sejauh ini Biden diunggulkan dalam berbagai jajak pendapat, tetapi Trump adalah sosok yang mampu menciptakan kejutan. Sebagai petahana, Trump bisa mengedepankan berbagai kemajuan ekonomi yang diraih selama pemerintahannya. Sebelum dihantam pandemi virus corona, AS mencatatkan pertumbuhan ekonomi terbaik sejak 2015, angka pengangguran terendah sepanjang sejarah, dan indeks saham tertinggi sepanjang masa.

Namun Biden bisa masuk untuk menggugat Trump dalam hal penanganan pandemi. Maklum, AS adalah negara dengan jumlah kasus corona tertinggi di dunia. Biden bisa memanfaatkan isu ini untuk mengkritik kegagalan pemerintah dalam mengatasi pandemi.

Pelaku pasar tentu akan menyoroti garis besar kebijakan ekonomi kedua calon. Apakah itu menyangkut kebijakan perpajakan, belanja negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan sebagainya.

Masih adanya ketidakpastian soal siapa yang akan memimpin Negeri Adikuasa dalam empat tahun ke depan bisa membuat investor memilih untuk menunggu. Jika ini terjadi, maka rupiah akan sulit bergerak signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular