
Trump-Biden 'Adu Bacot' Debat Pilpres, Rupiah Woles Aja Tuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Sejumlah data ekonomi terbaru yang lumayan menjanjikan membuat pasar berani mengambil risiko, tidak sekadar bermain aman.
Pada Rabu (30/9/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.825 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,03% di hadapan dolar AS. Sepertinya hari ini rupiah masih bisa bertahan di jalur hijau.
Sejumlah data ekonomi di berbagai negara memberi optimisme. Di AS, indeks harga perumahan keluaran S&P CoreLogic Case-Shiller pada Juli 2020 naik 3,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
"Pasar properti nasional menunjukkan kekuatan yang konsisten. Seluruh kota yang disurvei melaporkan terjadi kenaikan, bahkan 16 di antaranya melampaui pertumbuhan pada bulan sebelumnya," sebut Craig Lazzara, Managing Director dan Global Head of Index Investment Strategy S&P, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Data ekonomi di Asia pun positif. Di China, angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur versi Biro Statistik Nasional untuk periode September 2020 berada di 51,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51 dan lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 51,2.
Masih dari Asia, data ekonomi terbaru di Jepang juga membaik. Penjualan ritel pada Agustus 2020 memang masih terkontraksi -1,9% YoY, tetapi membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang -2,9% YoY. Secara bulanan (month-to-month), penjualan ritel naik 4,6% setelah bulan sebelumnya terkontraksi -3,4%.
Berbagai data ini memberi harapan bahwa ekonomi bisa pulih setelah terkapar akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Apalagi diharapkan vaksin anti-virus corona sudah mulai tersedia tahun depan, semoga hidup bisa kembali normal dan roda ekonomi berputar lagi.
Namun rupiah masih perlu waspada, karena ada momentum yang bisa membuat investor wait and see. Momentum itu adalah debat calon presiden AS.
Pagi ini, sang petahana Donald Trump (partai Republik) menjalani debat perdana dengan sang penantang Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat). Sejauh ini Biden diunggulkan dalam berbagai jajak pendapat, tetapi Trump adalah sosok yang mampu menciptakan kejutan.
Sebagai petahana, Trump bisa mengedepankan berbagai kemajuan ekonomi yang diraih selama pemerintahannya. Sebelum dihantam pandemi virus corona, AS mencatatkan pertumbuhan ekonomi terbaik sejak 2015, angka pengangguran terendah sepanjang sejarah, dan indeks saham tertinggi sepanjang masa.
Namun Biden bisa masuk untuk menggugat Trump dalam hal penanganan pandemi. Maklum, AS adalah negara dengan jumlah kasus corona tertinggi di dunia. Biden bisa memanfaatkan isu ini untuk mengkritik kegagalan pemerintah dalam mengatasi pandemi.
Pelaku pasar tentu akan menyoroti garis besar kebijakan ekonomi kedua calon. Apakah itu menyangkut kebijakan perpajakan, belanja negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan sebagainya.
Masih adanya ketidakpastian soal siapa yang akan memimpin Negeri Adikuasa dalam empat tahun ke depan bisa membuat investor memilih untuk menunggu. Jika ini terjadi, maka rupiah akan sulit bergerak signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
