Wow! Prime Capital Mau Backdoor Listing via Saham MITI

tahir saleh, CNBC Indonesia
29 September 2020 10:38
Dok.Mitra Investindo
Foto: Dok.Mitra Investindo

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Prime Asia Capital (PAC) berpeluang melakukan backdoor listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah menjadi pembeli siaga (standby buyer) atas penerbitan saham baru atau rights issue yang dilakukan perusahaan migas PT Mitra Investindo Tbk (MITI).

Backdoor listing biasanya terjadi bila ada satu perusahaan tertutup ingin menjadi perusahaan terbuka lewat akuisisi perusahaan terbuka (membeli saham secara besar-besaran) dan tidak melalui proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di BEI.

Berdasarkan prospektus MITI, emiten ini akan menggelar penambahan modal lewat hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue), dan reverse stock split (penggabungan nilai nominal saham) sebagai upaya pengembangan usaha di tengah tekanan berat perusahaan.

Dalam rights issue, MITI akan menerbitkan rights issue sebanyak-banyaknya 2.864.743.196 saham baru Kelas B dengan nilai nominal Rp 50/saham.

"Adapun harga pelaksanaan akan ditetapkan dan diumumkan kemudian dalam prospektus, dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku," katanya dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (29/9/2020).

Untuk reverse stock, saham Kelas A yang semula memiliki nilai nominal Rp 200 menjadi Rp 500, sedangkan saham Kelas B yang semula memiliki nilai nominal Rp 20/saham menjadi Rp 50/saham.

Dengan demikian rasio 5 saham lama menjadi 2 saham baru baik untuk saham Kelas A maupun saham Kelas B.

Dua aksi korporasi ini akan dimintakan persetujuan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 14 Oktober mendatang.

Mengacu laporan keuangan MITI per Juni 2020, saham MITI Seri A dipegang PT Surya Raya Guna Perkasa 2,13% dan investor publik 19.13%, Sementara saham Seri B dipegang Interra Resources Ltd (Grup Saratoga) 48,87%, dan investor publik 29,87%, dengan total jumlah saham sebanyak 1.411.550.800 saham.

Namun dalam rights issue ini, emiten investasi milik dua pengusaha nasional, Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melalui Interra tidak akan menyerap saham baru tersebut. Interra akan mengalihkan HMETD-nya kepada Prime Asia Capital (PAC).

Dengan tidak diserapnya saham baru oleh Interrra, maka porsi Interra di MITI bisa menjadi hanya 8,05% dari saat ini 48,87%.

Dengan demikian, jika PAC mengambil HMETD milik Interra, maka akan terjadi perubahan pengendali atas perusahaan migas ini.

Backdoor

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam analisis bertajuk Insight, menilai jika rencana reverse stock dan rights issue itu berjalan mulus, maka akan ada pemilik baru MITI yakni PAC, dan MITI akan mendapatkan anak usaha baru yang keuangannya dinyatakan lebih mampu mencetak pemasukan di dalam struktur MITI, dalam hal ini PT Wasesa Line.

"Beberapa detail transaksi dalam skema restrukturisasi itu tidak melibatkan dana segar sama sekali dan hanya menyuntikkan aset yang sudah ada. Aksi tersebut dinyatakan dapat memperbaiki kinerja MITI," tulis laporan Insight Mirae.

"Rencana itu secara tidak langsung juga berpotensi menjadikan Prime menjadi perusahaan terbuka melalui MITI tanpa harus menggelar IPO, atau istilahnya backdoor listing," tulis Mirae.

Pada 2014 silam, Interra juga menggunakan skema serupa yaitu reverse stock dan rights issue untuk backdoor listing ketika "menyuntikkan" anak usahanya yang bernama Goldwater ke dalam struktur MITI.

Head of Corporate Communications Saratoga Investama Catharina Latjuba hingga kini juga belum memberikan penyataan resmi setelah CNBC Indonesia mengirimkan email pertanyaan sejak 15 September lalu terkait dengan pengalihan HMETD kepada PAC ini.

Akan tetapi dari sisi kinerja, performa MITI memang masih ngos-ngosan. Semester I-2020, tak ada penjualan, tak ada laba bruto yang dicatatkan MITI.

Sementara itu, perseroan malah mencatatkan rugi usaha Rp 3,66 miliar, naik dari periode semester I-2019, yang juga rugi usaha Rp 4,26 miliar.

Rugi bersih entitas induk mencapai Rp 10,37 miliar, membengkak dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 2,66 miliar. Aset tercatat hanya Rp 47,17 miliar dari Desember 2019 yakni Rp 57,16 miliar.

Dalam aksi rights issue ini, PAC akan menerima hak beli (rights) milik Interra sebagai pemegang saham lama dengan nilai 1,7 miliar saham baru senilai Rp 70 miliar.

PAC lalu akan melakukan penyetoran modal tapi bukan tunai (yakni suntikan saham/inbreng) anak usaha PAC di bidang pelayaran utility boat yakni Wasesa Line ke MITI, juga disertai dengan pembelian piutang senilai Rp 15 miliar, sehingga totalnya bernilai Rp 85 miliar.

Pada waktu yang sama, PAC juga akan mengalihkan 64,88 juta saham miliknya di Wasesa kepada MITI atau mewakili 99,81% modal disetor Wasesa. Saham-saham yang akan dialihkan itu dengan cara pemasukan saham (inbreng) sebagai setoran modal bagi MITI.

Sebagai pembayarannya, MITI akan memberikan saham baru hasil rights issue, dengan memperhatikan kepemilikan saham Interra.

Pemegang saham Wasesa adalah PAC sebesar 99,81% dan Andreas Tjahjadi (komisaris utama) 0.,19%.

"Dengan asumsi seluruh pemegang saham mengambil bagian dalam PMHMETD yang akan diterbitkan MITI, maka persentase kepemilikan Interra akan terdilusi dan akan terjadi perubahan pengendalian dalam MITI," tulis prospektus MITI.

Hanya saja tidak dijelaskan siapa pemilik di balik PAC. Tapi berdasarkan penelusuran dunia maya, dokumen menyebutkan PAC pernah terlibat transaksi dengan Saratoga sebelumnya pada November 2015.

Saratoga saat itu menyelesaikan transaksi jual beli saham bersyarat senilai US$8,65 juta untuk melepas 23,3% saham di Seroja Investment Limited kepada PAC. Seroja Investment merupakan kelompok bisnis perseroan yang tercatat di Bursa Efek Singapura.

Selain itu pada 28 Juni 2019, dalam sebuah iklan di media massa, disebutkan PAC adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia dan melakukan pengambilalihan PT Tenaga Batu Kalimantan dengan cara pembelian langsung atas 100%-1 (seratus persen kurang satu) saham Tenaga Batu yang dimiliki oleh Andreas Tjahjadi.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mitra Investindo Rights Issue, Naga-naganya Backdoor Listing?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular