Pasar Sepi, Asing Kabur, BBCA & BMRI Dilego...IHSG pun Ambruk

Tri Putra, CNBC Indonesia
28 September 2020 15:33
Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham bergerak volatil hari ini dan ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (28/9/2020) menyusul koreksi saham-saham unggulan, di tengah jumlah kasus Covid-19 yang mencapai 33 juta di seluruh dunia dan mengakibatkan kematian mencapai 1 juta jiwa.

Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,35% ke 4.962,95indeks acuan bursa nasional terpaksa anjlok 0,79% ke 4.906,54.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 673 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,3 triliun.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan jual bersih sebesar Rp 162 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 130 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan beli bersih sebesar Rp 28 miliar dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan net buy sebesar Rp 23 miliar.

Koreksi IHSG terjadi bersamaan dengan jumlah penderita Covid-19 di seluruh dunia yang telah mencapai angka 33 juta, dan 1 juta di antaranya meninggal.

Di sisi lain, pelaku pasar mulai ragu bahwa ketersediaan vaksin mampu mengatasi persoalan pandemi ini dalam waktu singkat.

Pandangan skeptis ilmuwan soal vaksin diutarakan oleh Malik Eiris dan Gabriel M Leung dari School of Public Health The University of Hong Kong dalam laporan di jurnal Lancet, mereka mengatakan bahwa hidup normal kembali merupakan asumsi yang mirip ilusi.

Dia mempertanyakan efektivitas vaksin tersebut dalam membangun antibodi secara masal. Laporan terpisah juga menyebutkan risiko Antibody Dependent Enhancement (ADE) yang memungkinkan virus corona justru lebih kebal akibat terkena antibodi yang kurang efektif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular