
Begini Ramalan IHSG dari Credit Suisse & Mansek Akhir 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Credit Suisse Sekuritas (CS) merevisi traget EPS dan indeksnya, ketika pemulihan ekonomi sedang berjalan menurut CS akan dibutuhkan waktu 2,5 tahun agar pendapatan per lembar saham (EPS) emiten berhasil pulih ke level sebelum corona.
IHSG saat ini memiliki price to earning (PE) sebesar 17,9/13,2 kali pada 2020/2021 apabila menggunakan metode 12 bulan ke depan (F12M) berada di angka 14,3 dengan SD +0,5.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada pemulihan ekonomi sama sekali maka IHSG akan bergerak di kisaran 4.800 hingga 5.500. Hingga akhir tahun Credit Suisse memprediksi IHSG akan berada di posisi 5.300 ahir 2020 dan 5.900 pada 2021 naik dari prediksi sebelumnya yakni masing-masin 4.912 dan 5.575 dengan EPS sebesar 295/351.
Credit Suisse sendiri menyarankan agar para pelaku pasar bisa memilih titik masuk ke saham pada sisa tahun 2020 menggunakan rentang yang diberikan. CS percaya bahwa pada titik sekarang ini IHSG akan mulai merayap naik meski volatilitas masih akan muncul.
Rilis data berfrekuensi tinggi pada bulan Juli-Agustus memang menunjukkan pemulihan ekonomi akan perlahan meski masih berada dalam rentang ekspektasi CS.
Meskipun begitu hal ini menunjukkan Indonesia kekurangan katalis untuk meningkatkan pendapatan maupun labanya pada kuartal ketiga dan keempat tahun 2020 karena CS berpendapat pemulihan ekonomi akan berjalan perlahan hingga vaksin didistribusikan secara massal. Hal ini sendiri membirikan oportunitas bagi pemegang jangka panjang saham-saham pilihan CS seperti BBCA, TLKM, UNTR, ADRO, dan ICBP.
Keluarnya dana asing di pasar keuangan sendiri menjadi tema di Indonesia. Besarnya jumlah dana asing yang keluar secara tahun berjalan di negara-negara emerging market sepertinya akan berlanjut karena pertumbuhan yang melambat.
Meskipun begitu CS mengarisbawahi ex-omnibus, dengan dua kemungkinan yang pertama yakni Indonesia bisa menjadi penyedia komoditas bagi China dan yang kedua adalah indonesia menjadi motor rantai pasokan global, untuk menumbuhkan pendapatan per kapita. Mengenai virus corona, Indonesia punya rencana pemulihan yakni vaksin dan pemulihan ekonomi pada tahun 2021 bergantung kepada kesuksesan rencana tersebut.
Peristiwa dalam jangka pendek yang signifikan untuk dipantau di Indonesia salah satunya adalah, finalisasi Omnibus Law yang menurus CS memiliki dampak positif bagi pasar dalam jangka panjang, regulasi terhadap BI yang memiliki dampak netral-negatif terhadap pasar, distribusi vaksin yang menurut CS pada kondisi terbaik akan berhasil didistrubusi masal pada semester kedua 2021, dan stimulus lanjutan dari pemerintah seperti pajak kendaraan bermotor yang rencananya akan dihapus.
Investor Lokal
Sementara itu, PT Mandiri Sekuritas memprediksi IHSG hingga akhir tahun ini akan bergerak 10% dari posisi saat ini atau bisa mencapai 5.540 poin.
Pertumbuhan ini masih akan ditopang oleh investor dalam negeri sedangkan investor asing masih ada potensi untuk terus melakukan net sell jika data-data ekonomi pada kuartal III tahun ini masih belum menujukkan hasil yang cukup baik.
Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja mengatakan masih ada potensi downside di pasar saham dalam negeri dan akan berdampak pada pertimbangan investasi investor di tahun depan.
"Tahun depan bisa turun lagi, tapi kalau misalkan penyelesaian vaksin ini lebih cepat ofcourse akan memengaruhi sentimen dannjuga ekspektasi pasar akan membaik lagi untuk tahun depan," kata Tjandra secara virtual, Kamis (24/9/2020).
Secara valuasi, pasar saham dalam negeri dinilai masih cukup rendah berada pada level rata-rata 14,5x. Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, pasar saham dalam negeri dinilai lebih atraktif karena valuasinya tidak lebih tinggi dibanding dengan beberapa negara di kawasan seperti Thailand dan Singapura.
Namun sayangnya daya tarik pasar saham dalam negeri ini masih 'ditampung' oleh investor dalam negeri, terutama ritel mengingat asing masih terus mencatatkan net sell sejak awal tahun dengan nilai mencapai Rp 40 triliun.
Sektor yang masih digandrungi oleh investor masih berkisar di sektor consumer staples, kesehatan serta telekomunikasi dan perusahaan menara telekomunikasi.
Beberapa sektor justru dihindari mengingat sejumlah analis juga melakukan revisi prediksi EPS. Sektor tersebut antara lain otomotif dan perbankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000