Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga hijau di perdagangan pasar spot.
Pada Jumat (25/9/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.951. Rupiah melemah tipis hampir flat di 0,01% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air juga terapresiasi di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.840 di mana rupiah menguat 0,02%.
Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Namun seperti halnya rupiah, pergerakan mata uang Benua Kunng tipis-tipis saja.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
Dolar AS mulai terpeleset setelah menguat berhari-hari. Pada pukul 09:25 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Pelemahan ini terjadi setelah Dollar Index melesat 1,53% dalam sepekan terakhir.
"Kita melihat akhir-akhir ini dolar di atas angin karena aset-aset berisiko mengalami tekanan jual. Masih harus terus dimonitor apakah tren ini akan bertahan selepas September," kata Yukio Ishizuki, Senior Strategist di Daiwa Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Namun mata uang Asia, termasuk rupiah, belum bisa menguat signifikan. Sebab masih ada yang mengganjal, yaitu pemulihan ekonomi yang di bawah ekspektasi.
Jelang akhir kuartal III-2020, sepertinya pelaku pasar kecewa. Pembukaan aktivitas masyarakat (reopening) sejauh ini belum bisa mendongrak kinerja ekonomi secara signifikan.
Contohnya terlihat dari angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur. Indikator yang mencerminkan aktivitas industri pengolahan itu memang dalam tren meningkat, tetapi lajunya melambat.
Di AS, angka pembacaan awal PMI manufaktur periode September adalah 53,5. Naik tipis 0,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Padahal pada Agustus, PMI manufaktur naik 2,2 poin dibandingkan Juli.
Pasar tenaga kerja pun belum pulih sepenuhnya. ada pekan yang berakhir 19 September, jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Paman Sam tercatat 870.000. Sedikit lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 866.000.
"Kita saat ini berada di sekitar 80% dari aktivitas pra-pandemi, memang belum bisa dinaikkan lagi ke level normal sebelum vaksin anti-virus corona tersedia. Sulit untuk mewujudkan pemulihan ekonomi lebih lanjut. Ekonomi memang sudah membaik, tetapi kemajuannya melambat dibandingkan tiga bulan awal reopening," kata Jason Pride, Chief Investment Officer Glenmede yang berbasis di Philadelphia, seperti dikutip dar Reuters.
Oleh karena itu, kemungkinan besar kinerja ekonomi pada kuartal III-2020 belum pulih seperti yang diharapkan. Pelaku pasar pun kecewa, dan memilih untuk wait and see mengingat risiko yang ternyata masih sangat tinggi.
TIM RISET CNBC INDONESIA