Kurs Dolar Australia Terjun Bebas, Masih Bisa Dapat Cuan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2020 17:42
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

rupJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah pada perdagangan Rabu (23/9/2020). Dolar Australia, salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di tahun ini, dan diramal masih akan menguat hingga tahun depan, kini malah terancam terus merosot.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 16:35 WIB dolar Australia merosot 0,81% ke US$ 0,7118, sementara melawan rupiah melemah 0,51% ke Rp 10.520,4/AU$.

Dolar Australia merupakan salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di tahun ini. Pada awal bulan September, menyentuh level tertinggi dalam 2 tahun terakhir melawan dolar AS. Sementara melawan rupiah, dolar Australia mencapai level tertinggi sejak November 2018.

Salah satu yang memprediksi dolar Australia akan terus menguat yakni ahli strategi forex senior di Westpac Bank, Sean Callow.

Melansir Financial Review, Callow memprediksi dolar Australia akan menguat melawan dolar AS dan menyentuh level US$ 0,75 di akhir tahun nanti atau menguat sekitar 2,5% dari level saat prediksi tersebut diberikan. Sementara di akhir 2021, ia meramal dolar Australia berada di level US$ 0,8 menguat nyaris 10%.

United Overseas Bank (UOB) juga memprediksi dolar Australia akan menguat hingga penghujung tahun ini. UOB memprediksi di akhir kuartal IV-2020 dolar Australia berada di US$ 0,75.

Namun, sejak awal pekan dolar Australia justru terus menurun. Buruknya kinerja dolar Australia di pekan ini terjadi akibat adanya ekspektasi suku bunga di Australia kembali dipangkas. Ekspektasi tersebut muncul setelah wakil gubernur bank sentral Australia (Reserve bank of Australia/RBA), Guy Debelle berbicara Selasa pagi waktu setempat.

"Bank sentral sedang mempertimbangkan beberapa opsi termasuk intervensi mata uang dan penerapan suku bunga negatif untuk mencapai target inflasi dan pasar tenaga kerja," kata Debelle sebagaimana dikutip ABC, Selasa (22/9/2020).

Pernyataan Debelle tersebut bisa jadi merubah peta kekuatan dolar Australia, sebab penguatannya belakangan ini salah satunya ditopang oleh ekspektasi suku bunga tidak akan dipangkas lagi, serta RBA yang tidak mempermasalahkan penguatan dolar Australia.

Pada 22 Juli lalu, nilai tukar dolar Australia melawan dolar AS berada di atas US$ 0,7. Gubernur Lowe saat berbicara di hari itu mengatakan posisi nilai tukar dolar Australia sudah sesuai dengan fundamentalnya.

Nilai tukar dolar Australia dikatakan sesuai dengan fundamentalnya, artinya RBA tidak mengharapkan dolar Australia akan melemah untuk membantu perekonomian.

Tetapi ketika mata uangnya terus menguat tentunya akan menjadi masalah bagi perekonomian Australia, harga produk ekspor menjadi lebih mahal dan permintaan berisiko menurun.

Selain menurunkan suku bunga, pilihan lain yang dipertimbangkan yakni membeli obligasi pemerintah dengan tenor lebih dari 3 tahun. Saat ini RBA sudah membeli obligasi tenor 3 tahun, dan menjaga yield-nya berada di kisaran 0,25%.

Analis lain dari Westpac Bank, Bill Evans memprediksi pada 6 Oktober nanti RBA akan memangkas suku bunga menjadi 0,1% dari saat ini 0,25%. Sementara target yield obligasi tenor 3 tahun juga dipangkas menjadi 0,1% dari 0,25%.

"Debelle memberikan sinyal yang jelas jika anggota dewan sedang mempersiapkan pemangkasan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya saat Rapat Dewan Gubernur Oktober nanti." Kata Evans sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (23/9/2020). 

Selain memangkas suku bunga dan menurunkan target yield obligasi tenor 3 tahun, Evans juga memprediksi RBA akan melakukan pembelian obligasi dengan tenor 5 dan 10 tahun.

Dengan ekspektasi pelonggaran moneter yang akan dilakukan RBA tersebut, dolar Australia berisiko tertekan, sehingga kurang tepat untuk dijadikan investasi saat ini, hingga RBA mengumumkan kebijakan moneter 6 Oktober mendatang.

Keputusan RBA tersebut akan sangat menentukan kemana arah dolar Australia ke depannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular