
Singapura Deflasi 7 Bulan Beruntun, Begini Nasib Mata Uangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura stagnan melawan rupiah pada perdagangan Rabu (23/9/2020). Deflasi yang dialami Negeri Merlion dalam 7 bulan beruntun, cukup membebani mata uangnnya.
Pada pukul 13:45 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.813,77, dolar Singapura nyaris stagnan alias sama dengan posisi penutupan perdagangan Selasa kemarin.
Bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang kembali menunjukkan deflasi. IHK inti dilaporkan -0,3% year-on-year (YoY) di bulan Agustus, dari bulan sebelumnya -0,4% YoY.
Dengan demikian, Singapura sudah mengalami deflasi dalam 7 bulan beruntun, menjadi yang paling parah dalam 2 dekade terakhir.
IHK yang masih terus menurun memberikan gambaran roda perekonomian masih berputar dengan lambat di Negeri Merlion, sehingga pemulihan ekonomi dari resesi akibat pandemi Covid-19 kemungkinan akan berlangsung lama.
Di sisi lain, rupiah sedang tertekan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Tetapi proyeksi tersebut lebih buruk dari sebelumnya.
"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).
Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Singapura Liar Pekan Ini, Efek Pengetatan Moneter?
