Bukan Powell, Tapi Bos The Fed Chicago Bikin Rupiah Keok!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2020 12:50
Gubernur Federal Reserve Chicago Charles Evans
Foto: REUTERS/Ann Saphir

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (23/9/2020).

Dolar AS memang sedang perkasa pada hari ini, tetapi pemicunya bukan bos bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, yang berbicara di hadapan Kongres kemarin, tetapi koleganya, Charles Evans, kepala Federal Reserve Chicago.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.750/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah bertambah hingga 0,37% ke Rp 14.805/US$.

Posisi rupiah membaik, pada pukul 12:00 WIB berada di level Rp 14.790/US$ atau melemah 0,27%.

Dari dalam negeri, rupiah sebenarnya sedang tertekan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memberikan proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Tetapi proyeksi tersebut lebih buruk dari sebelumnya.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu memprediksi perekonomian di kuartal III-2020 minus 2,9% sampai minus 1,0%. Melihat prediksi tersebut, resesi pasti terjadi di Indonesia, dan menjadi yang pertama sejak tahun 1999.

Sementara itu dari eksternal, Powell yang kemarin berbicara sebenarnya tidak memberikan dampak kepada dolar AS.

Sebab, apa yang diungkapkan di hadapan House of Representatives Financial Services Committee tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.

Powell mengatakan, The Fed akan membatu perekonomian "selama dibutuhkan". Ia juga melihat perekonomian AS memang muali membaik, tetapi jalan ke depannya masih penuh ketidakpastian.

Tidak ada hal baru yang diungkapkan, pernyataan Powell tersebut sama dengan kesempatan sebelumnya ketika mengumumkan kebijakan moneter pekan lalu.

Yang membuat dolar AS perkasa justru pernyataan Charles Evans, Presiden The Fed Chicago.

Berbicara lewat daring di acara Official Monetary dan Financial Institution Forum, Evans mengatakan ekonomi AS berisiko dalam jangka panjang, mengalami pemulihan yang lambat, dan tidak bisa langsung keluar dari resesi tanpa bantuan stimulus fiskal.

Evans juga melihat open-ended program pembelian aset The Fed (quantitative easing/QE) mampu menyediakan bagian penting untuk pemulihan ekonomi.

"Pernyataan Evans sangat hawkish. Ia menyebutkan QE dan menaikkan suku bunga sebelum target inflasi tercapai. Hal tersebut mengejutkan pasar," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda New York, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (22/9/2020).

"Segera setelah kita berhasil mengatasi virus corona, anda akan melihat ekspektasi kenaikan suku bunga meningkat, dan seharusnya membuat dolar terus menguat," tambahnya.

Setelah Evans mengungkapkan hal tersebut, indeks dolar AS kemarin naik 0,34%, dan hari ini berlanjut 0,16% ke 94,140 yang merupakan level tertinggi sejak 27 Juli lalu. Alhasil, rupiah pun keok.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular