"Dihunjam" Sentimen FinCEN, Bursa Asia Babak Belur!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 September 2020 17:57
A panel displays the closing morning trading Hang Seng Index outside a bank in Hong Kong, China February 6, 2018. REUTERS/Bobby Yip
Foto: Bursa Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Selasa (22/9/2020) kompak ditutup melemah. Tren pelemahan bursa Asia telah terjadi sejak Senin kemarin hingga penutupan hari ini.

Data perdagangan mencatat, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,98%, disusul indeks Shanghai di China yang anjlok 1,29%, STI Singapura terdepresiasi 0,90% dan KOSPI Korea Selatan yang terperosok 2,38%.

Sedangkan indeks Nikkei Jepang hari ini masih libur karena sedang memperingati hari ekuinoks musim semi.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup melemah 1,31% di level 4.934,09.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 668 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,8 triliun.

Hari ini, sentimen negatif lebih mendominasi, sehingga bursa Asia ikut terperosok seperti bursa Eropa dan Amerika Serikat (AS)

Sentimen negatif pertama adalah terkait lonjakan kasus terjangkit virus Covid-19 di Eropa, terutama di Inggris.

CNBC International yang mengutip BBC melaporkan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson dikabarkan mempertimbangkan untuk kembali melakukan karantina wilayah (lockdown) untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Rencana tersebut kembali mengemuka setelah Inggris melaporkan lebih dari 4.000 kasus baru virus corona pada hari Minggu lalu.

Hal itu membuat saham-saham maskapai penerbangan ambrol pada Selasa setelah pelaku pasar khawatir kebijakan lockdown tersebut benar-benar diterapkan.

Sejauh ini, pemerintah Inggris telah memerintahkan penutupan kelab malam dan restoran di Inggris pada pukul 10:00 malam, menyusul munculnya gelombang kedua penyebaran virus.

Sentimen kedua adalah kabar dari skandal perbankan global mencuat setelah FinCEN Files yang berisi sekumpulan dokumen penting nan rahasia di dunia perbankan dan keuangan, bocor ke publik.

Dokumen itu berisi 2.500 lembar halaman, sebagian besar adalah file yang dikirim bank-bank ke otoritas Amerika Serikat (AS) antara tahun 1999 sampai 2017.

Di dalam file tersebut terdapat skandal penggelapan dana hingga pengemplangan pajak dari lembaga keuangan besar dunia.

Laporan yang disusun BuzzFeed dan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) menyebutkan bahwa ada lebih dari US$2 triliun transaksi antara tahun 1999-2017 yang diduga sebagai aktivitas pencucian uang atau pengelolaan dana ilegal.

Ada 5 bank besar yang disebut dalam file tersebut, di antaranya HSBC, JPMorgan Chase, Deutsche Bank, Standard Chartered dan Bank of New York Mellon.

Hal itu sontak membuat saham Deutsche Bank terperosok 8,3% dan JP Morgan Chase anjlok 2,8%.

Sementara itu dari Indonesia, sentimen yang datang dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan resesi yang terjadi di kuartal III-2020.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).

Untuk diketahui ekonomi kuartal I-2020 masih positif di 2,97% sementara ekonomi di kuartal II-2020 minus 5,32%. 

Jika terjadi dua kuartal berturut-turut ekonomi negatif atau kontraksi maka Indonesia masuk resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular