Babak Belur, Rupiah Dikeroyok Mata Uang Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 September 2020 16:32
Penukaran Uang
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Faktor domestik sepertinya jadi pemberat langkah rupiah hari ini. Pertama, kebutuhan valas korporasi meningkat setiap jelang akhir kuartal karena ada kewajiban pembayaran utang, dividen, dan sebagainya. Rupiah banyak dijual untuk memperoleh valas, dan tekanan jual ini membuat mata uang Ibu Pertiwi melemah.

Kedua, sepertinya pelaku pasar masih mencemaskan dinamika hubungan pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Belum lama-lama ini, rancangan amandemen Undang-undang (UU) BI usulan BI kembali beredar. Salah satu poin yang menjadi sorotan adalah keterlibatan pemerintah dalam penentuan kebijakan moneter.

"Sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter yang dihadiri oleh seorang atau lebih menteri di bidang perekonomian serta Menteri Keuangan yang mewakili pemerintah dengan hak bicara dan hak suara," tulis pasal 43 ayat 1 RUU tersebut.

Dalam mengelola ekonomi, independensi bank sentral adalah harga mati. Tidak bisa ditawar lagi. Bank sentral yang 'disusupi' menyebabkan kebijakan moneter menjadi tidak kredibel, penuh kepentingan (terutama politik), dan membahayakan ekonomi secara keseluruhan.

"Jika peran pemerintah dalam komite pembuat kebijakan moneter menjadi terlalu dominan, maka BI akan terjebak dalam intervensi politik. Salah satu risiko yang cukup nyata adalah penundaan penghentian kebijakan monetisasi utang untuk kebutuhan penanganan pandemi," kata Anushka Shah, Senior Analyst Moody's Investor Service, seperti dikutip dari Reuters.

Ketiga, pemerintah sudah memberi proyeksi bahwa Indonesia bakal masuk jurang resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, proyeksi perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2020 adalah -1% hingga -2,9%.

Pada kuartal sebelumnya, output ekonomi Indonesia sudah mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif ) -5.32%. Kontraksi dua kuartal beruntun adalah definisi dari resesi. Bahkan ada kemungkinan resesi masih akan terjadi pada kuartal IV-2020.

"Negative teritory (PDB) pada kuartal III dan mungkin akan berlangsung sampai kuartal IV. Namun kita akan usahakan mendekati nol," kata Sri Mulyani.

Akhirnya pemerintah memberi konfirmasi bahwa resesi ekonomi tidak bisa terhindarkan lagi. Data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 memang baru diumumkan awal November, tetapi rasanya hanya akan mempertegas proyeksi tersebut.

Begitu pemerintah memberi 'kepastian' bahwa Indonesia bakal resesi, pelemahan rupiah semakin dalam. Apa boleh buat, investor memang melakukan aksi jual terhadap aset-aset keuangan Tanah Air.

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 632,5 miliar sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,31%. Sedangkan di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun naik 1,3 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga Surat Berharga Negara (SBN) sedang turun karena tekanan jual.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular