Rupiah Pekan Ini Menguat Lawan Dolar AS, tapi Tak Juara

chd, CNBC Indonesia
20 September 2020 18:40
A worker counts U.S. dollar bills inside a money changer in Metro Manila, Philippines February 7, 2018.    REUTERS/Romeo Ranoco
Foto: REUTERS/Romeo Ranoco

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sepanjang pekan ini. Minggu ini, rupiah menguat 0,87% terhadap greenback secara point-to-point di perdagangan pasar spot.

Mayoritas mata uang utama Asia memang menguat melawan dolar AS pekan ini. Tercatat, won Korea Selatan menjadi yang terbaik pada pekan ini dengan penguatan 1,94%.

Namun, meski mengalami penguatan, rupiah masih belum menjadi yang terbaik di Asia. Tercatat, rupiah pada pekan ini masih kalah dengan mata uang utama Asia, namun mayoritas menang dengan mata uang sesama negara Asia Tenggara.

Sedangkan dengan Eropa, ternyata rupiah pekan ini cenderung menang dengan mata uang Eropa, hanya kalah kuat dengan mata uang Inggris.

Fakta mata uang utama Asia yang mayoritas masih menguat memberikan gambaran dolar AS sedang tidak dalam kondisi bagus. Sebabnya, beberapa data ekonomi yang mengecewakan pada pekan lalu, seperti Indeks aktivitas manufaktur Philadelphia turun menjadi 15 di bulan ini, dari bulan sebelumnya.

Selain itu, klaim tunjangan pengangguran juga mengalami kenaikan sebanyak 860 ribu orang pada pekan lalu.

Beberapa lainnya yang membuat rupiah "perkasa" dengan dollar pada pekan ini adalah Pengumuman suku bunga acuan bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) pada kamis (17/9/2020) lalu.

Pemimpin The Fed Jerome Powell, mengumumkan suku bunga tetap sebesar <0,25%, sementara nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) tidak akan ditingkatkan.

Untuk diketahui, QE The Fed saat ini nilainya tak terbatas, artinya berapapun akan digelontorkan guna memacu perekonomian. Kebijakan QE tanpa batas tersebut membuat pasar tidak tahu pasti berapa nilai QE yang digelontorkan The Fed per bulannya.

Penyebab lainnya yang membuat perkasanya rupiah adalah pengumuman hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) terkait kebijakan tingkat suku bunga acuan pada hari yang sama.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, Kamis siang  mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4%.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 4%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%," papar Perry dalam keterangan usai Rapat Dewan Gubernur periode September 2020, Kamis (17/9/2020).

Perry mengatakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada September ini dengan mempertimbangkan berbagai hal mulai dari inflasi hingga sistem keuangan baik di domestik maupun global.

The Fed yang mempertahankan suku bunga <0,25% sementara BI juga di 4% tentunya membuat selisih yield yang cukup tinggi.

Ketika kondisi perekonomian membaik, investor akan mengalirkan modalnya ke negara yang memberikan yield lebih tinggi, sehingga rupiah punya tenaga untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top Markotop! Dalam Sebulan, Rupiah Juara Dua di Asia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular