
Harga Batu Bara Terbang, tapi Sayang Masih di Bawah US$ 60

bauJakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara pada pekan ini masih menunjukan tren penguatan. Meski menguat harga si batu hitam belum kunjung mencapai US$ 60/ton.
Minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) melonjak 6,00% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, harga masih di bawah US$ 60/ton, tepatnya di US$ 57,40/ton.
Sebelumnya, data pemerintah menunjukkan impor batu bara termal India turun 41,5% menjadi 32,9 juta ton sepanjang kuartal kedua. Penurunan ini diakibatkan oleh kebijakan lockdown untuk menekan penyebaran wabah virus corona yang menurunkan permintaan terhadap listrik.
Reuters melaporkan permintaan listrik India diperkirakan turun untuk pertama kalinya dalam empat dekade dalam tahun fiskal yang sedang berjalan, yang berakhir pada Maret 2021.
Kendati permintaan terhadap batu bara mengalami pelemahan sepanjang delapan bulan terakhir, kenaikan harga batu legam belakangan ini dipicu oleh sentimen positif yang datang dari Negeri Sakura.
Produksi baja mentah (crude steel) Jepang Agustus diperkirakan bakal naik dibanding dengan bulan-bulan sebelumnya. Jika melihat data Juli, produksi baja kasar Jepang sudah mulai rebound.
Argus Media melaporkan produksi baja kasar bulan ketujuh tahun ini mencapai 6 juta ton atau naik 8% dibanding bulan Juni. Pabrik baja Jepang memproyeksikan sedikit pemulihan pada produksi baja Juli-September, didorong oleh kebangkitan industri otomotif domestik negara tersebut.
Kenaikan produksi baja Jepang ini menjadi sentimen positif bagi harga batu bara lantaran kenaikan output memiliki korelasi positif dengan impor batu bara kokas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Rata-Rata Batu Bara Diproyeksi Lebih Rendah Pada 2020