Tolong Pak Gubernur BI Perry, Rakyat Butuh Bunga Murah Nih!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2020 14:29
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Gedung BI (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Namun di sisi lain, ekonomi Indonesia tengah menghadap ancaman yang luar biasa. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) telah memukul dua sisis ekonomi sekaligus, penawaran dan permintaan.

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) demi meredam penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Hasilnya, output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif 5,32%.

Pada kuartal III-2020, kemungkinan besar kontraksi masih akan terjadi. Kontraksi PDB dalam dua kuartal beruntun namanya resesi. Jadi Indonesia sedang berada di bibir jurang resesi.

Pemerintah memang sudah menganggarkan anggaran stimulus fiskal. Dana yang disediakan adalah Rp 695,2 triliun yang terbagi menjadi:

  1. Penanganan aspek kesehatan Rp 87,55 triliun.
  2. Perlindungan sosial Rp 203,9 triliun.
  3. Insentif usaha Rp 120,61 triliun.
  4. Pembiayaan korporasi Rp 53,57 triliun.
  5. Sektoral kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Rp 106,11 triliun.

Namun perlu diingat, stimulus fiskal ini sifatnya adhoc. Sekali pukul, belum tentu tahun depan ada lagi. Tidak bisa diharapkan untuk jangka panjang.

Agar ekonomi bisa pulih dalam jangka menengah panjang, konsumsi rumah tangga dan investasi harus dibangkitkan. Sebab dua pos ini adalah menyumbang terbesar dala pembentukan PDB nasional. Jika keduanya bangkit, maka niscaya kontraksi akan berakhir dan ekonomi Ibu Pertiwi kembali tumbuh positif.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular