Commonwealth: Dolar Australia Undervalue, akan Menguat Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 September 2020 14:22
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (16/6/2020). Commonwealth Bank of Australia (CBA) bahkan mengatakan dolar Australia masih undervalue, dan akan kembali menguat, khususnya melawan dolar AS hingga akhir tahun ini. Kala dolar Australia menguat melawan dolar AS, rupiah tentunya akan ikut dipukul.

Pada pukul 14:10 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.843,59, dolar Australia menguat 0,22% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara itu, di saat yang sama, dolar Australia menguat tipis 0,03% melawan dolar AS di US$ 0,7310, menguat 0,18%.

Ahli strategi di CBA memprediksi dolar Australia akan menguat ke US$ 0,75 melawan dolar AS di akhir tahun ini. Itu artinya, rupiah juga berisiko melemah. Untuk diketahui, dolar Australia saat ini berada di dekat level tertinggi sejak November 2018 melawan rupiah.

"Dolar Australia akan terus menguat melawan dolar AS karena secara fundamental masih undervalue" kata ahli strategi tersebut, sebagaimana dilansir Stock Head, Selasa (15/9/2020).

CBA melihat pemicu utama kenaikan dolar Australia adalah penguatan harga komoditas, khususnya bijih besi, yang dipicu oleh permintaan dari China.

"Stimulus fiskal di China membuat permintaan komoditas dari Australia meningkat"

Data dari bea cukai China yang dikutip Mining.com menunjukkan pada bulan Juni impor bijih besi melonjak 17% di bulan Juni dari bulan sebelumnya.

Kenaikan impor tersebut memicu kenaikan harga bijih besi, yang merupakan komoditas ekspor utama Australia. Bijih besi berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor. Harga bijih besi naik nyaris 34% sepanjang tahun ini ke atas US$ 125/ton yang merupakan level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Selain itu, emas dunia yang juga mencetak rekor tertinggi memberikan sentimen positif ke dolar Australia. Emas merupakan komoditas terbesar ke-enam Australia, berkontribusi sekitar 4,8% dari total ekspor.

Saat harga komoditas-komoditas tersebut menguat, pendapatan Australia akan meningkat dan menopang penguatan mata uangnya.

Selain itu CBA juga melihat pernyataan bank sentral Australia (RBA) pada pengumuman kebijakan moneter bulan ini yang menyatakan posisi dolar Australia saat ini sesuai dengan fundamentalnya. Artinya RBA tidak mempermasalahkan kuatnya nilai tukar dolar Australia, dan tidak ada niat untuk melakukan intervensi agar kurs dolar Australia melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular