Mohon Maaf, Permintaan Minyak 'Diramal' Masih Bakal 'Loyo'

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 September 2020 18:21
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan minyak global masih akan lemah dalam beberapa bulan mendatang. Ini karena kasus Covid-19 yang melonjak di banyak negara telah memaksa kembali dilakukan pembatasan.

Sebelumnya lembaga ini menyebut telah ada pemulihan dari level permintaan yang rendah di April, ketika sebagian besar negara memberlakukan lockdown untuk memperlambat penyebaran virus asal Wuhan, China itu.

Namun mereka mengatakan dalam laporan bulanan terbaru mereka bahwa pemulihan permintaan telah melambat secara nyata pada paruh kedua tahun 2020.

"Perlambatan ekonomi akan memakan waktu berbulan-bulan untuk pulih sepenuhnya, sementara sektor-sektor tertentu seperti penerbangan tidak mungkin kembali ke tingkat konsumsi sebelum pandemi bahkan tahun depan," tulis IEA, Selasa (15/9/2020).

Lebih lanjut, IEA mengatakan bahwa potensi gelombang kedua Covid-19 dapat mendorong pemerintah memberlakukan pembatasan baru pada pergerakan warga. Hal tersebut, yang termasuk dengan aturan kerja dari rumah, bisa berkontribusi pada penurunan permintaan bahan bakar.

"Konsumsi tetap sekitar 10,7 juta barel per hari di bawah level 2019 karena dampak tindakan pencegahan virus untuk transportasi, penggunaan teleworking dan krisis ekonomi yang diakibatkan oleh virus," tulis IEA.

"Dengan musim dingin di belahan bumi utara yang akan datang, kita akan memasuki wilayah yang belum dipetakan terkait dengan virulensi Covid-19."

IEA telah memangkas perkiraan untuk rata-rata permintaan minyak 2020, yaitu turun 8,4 juta barel per hari (bph) atau 8,4% dari tahun lalu, menjadi 91,7 bph.

[Gambas:Video CNBC]


(res/res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Jatuh Lagi! Kemarin Minus, Kini Cuma US$11/barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular