
Beban Utang Tinggi, Rating WIKA Dipangkas Fitch Ratings

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga rating global, Fitch Ratings, menurunkan Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Mata Uang Lokal Issuer Default Rating (IDR) perusahaan konstruksi milik negara, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ke 'BB-' dari 'BB'.
Pada saat bersamaan, Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang WIKA ke 'A(idn)', dari sebelumnya 'AA-(idn)'. Semua peringkat ditempatkan dalam Rating Watch Negatif (RWN).
Berdasarkan keterangan resmi Fitch, penurunan peringkat mengikuti aksi revisi Fitch untuk Standalone Credit Profile (SCP) WIKA ke 'B-' dan 'BBB-(idn)', dari 'B' dan 'BBB+(idn)', secara berurutan.
Menurut Fitch, penurunan rating ini merefleksi performa kuartal-II perusahaan yang secara signifikan lebih lemah dari ekspektasi Fitch, di mana leverage (diukur dengan net debt/EBITDA) meningkat di atas 5 kali; tingkat di mana Fitch dapat melakukan aksi pemeringkatan negatif.
"Fitch memproyeksikan leverage WIKA akan tetap tinggi dalam beberapa tahun ke depan," tulis Fitch, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (14/9/2020).
Fitch mengekspektasikan leverage akan meningkat ke sekitar 14 kali di 2020 (dibandingkan dengan 2019: 3,6 kali) karena pandemi, lalu membaik ke 6,2 kali di 2021.
Leverage dapat bertahan di sekitar 5,0-5,5 kali dalam jangka menengah karena peran WIKA dalam terhadap program infrastruktur negara di mana akan meningkatkan investasi dan belanja modal dalam beberapa tahun ke depan.
Pekerjaan kontrak baru yang tertunda di semester-I 2020 akan kembali mulai secara bertahap dan WIKA akan mempercepat konstruksi untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, sehingga meningkatkan proyek yang terselesaikan di 2021. Fitch melihat WIKA akan tetap bergantung pada utang untuk mendanai arus kas bebas negatif yang berhubungan dengan kontrak dari pemerintah."
Leverage dalam hal ini mengacu pada utang atau peminjaman dana dari investor untuk membiayai pembelian aset dan aktivitas bisnis.
Adapun RWN merefleksikan potensi penilaian ulang pandangan Fitch terhadap hubungan dengan Pemerintah. Profil finansial WIKA telah melemah dan Fitch melihat kredit metriks akan tertekan dalam jangka menengah karena perlambatan ekonomi sebagai dampak dari pandemi coronavirus, yang juga direfleksikan oleh revisi SCP WIKA.
WIKA, bersama dengan perusahaan konstruksi milik negara lainnya, terakhir mendapatkan dukungan nyata dari pemerintah di 2016. Bantuan yang diberikan pemerintah berhubungan dengan pandemi adalah sekitar Rp 695 triliun, atau 4,4% dari PDB, yang mencakup bantuan langsung tunai, penyediaan makanan, penjaminan dan insentif pajak.
Namun, WIKA masih belum menerima dukungan meskipun profil finansial telah melemah. Oleh karena itu, Fitch sedang meninjau dukungan pemerintah untuk melihat apabila telah terjadi pelemahan.
Peringkat IDR perusahaan mendapatkan penambahan tiga notch dari SCP karena kepentingan strategis perusahaan terhadap program infrastruktur Indonesia.
Skor dukungan WIKA di bawah kriteria Government-Related Entities Rating Criteria adalah 15, di mana dengan perbedaan tujuh notch antara SCP WIKA dan peringkat negara (BBB/Stabil), dapat memberikan pengangkatan peringkat dua atau tiga notch dalam IDR WIKA.
Fitch telah memilih penambahan tiga notch karena status WIKA sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi terbesar di Indonesia dengan rekam jejak yang kuat dalam mengeksekusi proyek strategis infrastruktur yang besar.
"Perusahaan BUMN mendominasi program infrastruktur negara di mana harus mengatasi tantangan regulasi dan birokrasi dan juga membutuhkan investasi dalam proyek-proyek dengan periode payback yang panjang atas nama pemerintah," tulis Fitch.
Sebagai tambahan, tulis Fitch, pelaku bisnis konstruksi juga harus mengeksekusi kontrak-kontrak turnkey di mana pembayaran hanya akan dilakukan ketika proyek selesai. Kondisi ini memberikan tekanan kepada finansial perusahaan.
"Oleh karena itu perusahaan swasta dan asing tidak banyak mengambil proyek-proyek negara dan meningkatkan ketergantungan pemerintah, dan juga menambah kepentingan, untuk pemain besar seperti WIKA," kata Fitch.
Fitch menilai, peringkat nasional di kategori 'A' menunjukkan ekspektasi akan resiko gagal bayar yang rendah relatif terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kuartal I-2020, Laba WIKA Ambles 65% Jadi Rp 99 M
