Harga Minyak Naik Saat Badai Sally Terjang Teluk Meksiko

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 September 2020 10:12
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif ditransaksikan menguat tipis di awal pekan ini, Senin (14/9/2020). Penguatan tipis terjadi setelah badai tropis Sally melanda Teluk Meksiko.

Pada 09.20 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 0,19% ke US$ 40/barel. Pada saat yang sama harga minyak patokan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) naik 0,26% ke US$ 37,59/barel.

Badai yang melanda Teluk Meksiko dengan kecepatan 40 mil per jam ini membuat para produsen minyak di lokasi tersebut memutuskan untuk menghentikan produksinya. Dua perusahaan minyak AS yakni Chevron dan Murphy Oil Corp dikabarkan telah mengevakuasi anjungan produksi lepas pantai miliknya akibat diterpa Badai Sally ini. 

Untuk kedua kali dalam kurun waktu kurang dari satu bulan setelah Badai Laura menyebabkan disrupsi pada produksi minyak di AS. Saat Badai Laura terjadi produksi minyak dilaporkan drop 1,5 juta barel per hari (bpd).

Kabar ini membuat pelaku pasar reaktif dan harga minyak pun naik. Kabar lain yang juga turut menjadi sentimen positif adalah AstraZeneca kembali melanjutkan uji klinis fase akhirnya setelah sempat dihentikan.

Pengembang vaksin Covid-19 yang bermarkas di Cambridge, Inggris itu kini sudah mendapat lampu hijau dari otoritas kesehatan Negeri Ratu Elizabeth untuk melanjutkan evaluasi klinis tahap III.

Pekan lalu, uji klinis dihentikan setelah seorang relawan asal Negeri John Bull mengalami penyakit saraf pasca injeksi kandidat vaksin AZD1222 milik AstraZeneca. Dengam dilanjutkannya uji klinis ini mengindikasikan bahwa harapan vaksin bisa tersedia kembali dan pemulihan ekonomi muncul.

Namun harga minyak tak bisa naik banyak lantaran dari sisi permintaan masih tertekan oleh pandemi Covid-19. Hampir 28,9 juta orang di dunia telah terjangkit Covid-19 sampai hari ini.

Kenaikan kasus yang terjadi di banyak tempat seperti Eropa, Asia dan America membuat banyak negara masih membatasi mobilitas publik sehingga permintaan bahan bakar juga masih lemah. 

Beberapa negara seperti Spanyol, Amerika Serikat hingga Jerman sempat menginstruksikan beberapa wilayah yang mengalami peningkatan kasus untuk menutup bar yang menjadi sumber baru atau lokasi penularan.

Beberapa negara seperti Italia dan Jerman juga memberikan larangan bepergian secara khusus ke negara atau kota tertentu yang mengalami kenaikan jumlah kasus. Lockdown spasial dalam lingkup kota juga sempat dilakukan di Leicester. 

Pekan lalu, harga minyak ambrol ke bawah US$ 40/barel usai perusahaan energi pelat merah kerajaan Arab, Saudi Aramco menurunkan harga minyak ekspornya untuk bulan Oktober.

Aramco memotong harga minyak Arab Lights sebesar US$ 1,4/barel dari bulan sebelumnya.

Penurunan harga ini membuat minyak Arab Lights 50 sen lebih murah dibandingkan dengan patokan Oman-Dubai.

Aramco juga menurunkan harga minyak Arab Extra Light dan Super Lightnya menjadi lebih murah US$ 1,5/barel dari bulan sebelumnya. Langkah ini juga membuat harga minyak mentah tersebut masing-masing lebih murah 80 sen dan lebih mahal 55 sen dari patokan Oman-Dubai.

Argus melaporkan, Aramco melakukan pengurangan yang lebih kecil untuk minyak mentahnya yang lebih berat yang dijual kepada pelanggannya di kawasan Asia-Pasifik.

Harga minyak Arab Medium dan Arab Heavy Oktober masing-masing diturunkan sebesar US$ 1,20/barel dan 90 sen/barel. Penurunan harga kedua jenis minyak ini membuat harga minyak Arab lebih miring 30 sen dibanding acuan Oman-Dubai.

Pemotongan harga sebagian besar sudah sesuai ekspektasi pasar. Para importir di kawasan Asia-Pasifik umumnya mengantisipasi Aramco untuk menurunkan harga sekitar 60 ¢ - $ 1,20/barel karena lemahnya permintaan akibat penurunan margin penyulingan dan adanya ancaman gelombang kedua infeksi Covid-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular