Stok Minyak Berlimpah, Harga Drop ke Bawah US$ 40/Barel

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 September 2020 10:17
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif diperdagangkan kembali drop di bawah US$ 40/barel. Biang keladinya masih sama pasokan yang melebihi permintaan (oversupply).

Jumat (11/10/2020) pukul 08.50 WIB, harga minyak berjangka acuan internasional Brent turun 0,37% ke US$ 39,91/barel. Masuk bulan kesembilan, harga minyak Brent melorot dari level tertingginya di US$ 45/barel.

Pada saat yang sama minyak mentah acuan Negeri Paman Sam yaitu West Texas Intermediate (WTI) juga down dengan koreksi sebesar 0,19%. Kini harga kontrak futures WTI dibanderol US$ 37,23/barel.

Reuters melaporkan, setelah badai Laura menerjang Amerika Serikat (AS) terutama untuk daerah-daerah seperti Texas di mana banyak sumur minyak di sana, aktivitas kilang minyak mulai beroperasi secara bertahap.

Namun stok minyak mentah AS justru malah meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan terhadap bahan bakar masih lemah. Data resmi pemerintah AS yang dirilis oleh Energy Information Agency (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS pekan lalu naik 2 juta barel.

Angka tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi analis yang dihimpun Reuters yang memperkirakan stok minyak akan drop 1 juta barel. Di sisi lain stok bensin memang berkurang 2,95 juta barel. Namun pengurangan ini tak sebanyak pekan sebelumnya yang mencapai 4,32 juta barel.  

"Produksi minyak mentah mulai kembali setelah diterjang badai, tetapi prospek permintaan yang lemah dan dimulainya musim maintenance masih membuat harga minyak tertekan," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mengutip Reuters.

Reuters melaporkan, pasokan yang melebihi konsumsi (oversupply) membuat para trader memesan tanker untuk menyimpan minyak mentah dan diesel.

Meningkatnya stok terjadi menjelang pertemuan panel pemantauan pasar Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) pada 17 September ini.

Pada pertemuan Agustus OPEC+ sepakat untuk menurunkan pemangkasan produksi minyaknya dari 9,7 juta barel per hari (bpd) menjadi 7,7 juta bpd dengan alasan permintaan akan berangsur membaik. Namun yang terjadi belakangan ini faktanya justru mengkhawatirkan.

"Masalah ini akan menjadi fokus utama ... minggu depan, di mana kami mengharapkan pernyataan yang kuat bahwa jika pasar terus melemah, kelompok produsen akan bersiap untuk memangkas produksi lebih lanjut," kata analis Citi dalam sebuah catatan.

Harga minyak mentah mulai ambrol setelah Saudi Aramco mendiskon harga minyak mentahnya untuk jenis Arab Lights sebesar US$ 1,4/barel. Harga kontrak futures minyak mentah acuan pun goyang dibuatnya dan harga Brent sempat turun ke bawah US$ 40/barel.

Ke depan dinamika supply & demand masih bakal menjadi pantauan di pasar. Apabila permintaan masih saja lemah tetapi OPEC+ tak melakukan peningkatan pemangkasan output, maka harga minyak akan semakin tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular