4 Hari Beruntun Rupiah Jadi Mata Uang Terburuk Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 September 2020 17:23
Dollar
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta

Dolar AS sebenarnya juga sedang tertekan pada hari ini, yang membuat sebagian mata uang utama Asia mampu menguat. Tekanan tersebut terlihat dari indeks dolar AS yang melemah 0,12% sore ini. Indeks tersebut merupakan tolak ukur kekuatan the greenback.

Tekanan terhadap dolar AS terjadi setelah Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) tak mengubah kebijakannya dalam pengumuman rapat kebijakan moneter Kamis (11/9/2020) kemarin. Padahal banyak analis yang memprediksi akan ada perubahan mengingat perekonomian zona euro yang merosot sementara kurs euro terus menguat.

Bank sentral di bawah komando Christine Lagarde ini mempertahankan suku bunga acuan, main refinancing rate sebesar 0%, lending facility 0,25%, dan deosit facility -0,5%.

Sementara itu stimulus moneter berupa program pembelian obligasi (quantitative easing/QE), atau yang disebut Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP) masih tetap sebesar 1,35 triliun euro (US$ 1,6 triliun).

Sebelum pengumuman tersebut, penguatan euro menjadi sorotan pelaku pasar. Pada Selasa (1/9/2020) lalu, euro menyentuh level US$ 1,2000 melawan dolar AS. Kali terakhir euro menyentuh US$ 1,2000 pada awal Mei 2018, artinya posisi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir.

Setelah mencapai level tersebut, euro mulai berbalik melemah akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane. Selasa lalu, ketika kurs euro menyentuh level US$ 1,2000, Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.

Pelaku pasar pun berspekulasi ECB akan melakukan intervensi verbal guna meredam penguatan euro. Ada juga yang memprediksi ECB akan mengumumkan tambahan PEPP.

Tetapi nyatanya Lagarde tidak terlalu cemas dengan kinerja impresif euro, dan hanya mengatakan akan memantau dengan cermat.

"Dewan Gubernur mendiskusikan apresiasi euro, tapi seperti anda ketahui kami tidak mentargetkan nilai tukar. Tapi kami akan memantau hal tersebut dengan cermat," kata Lagarde.

Bisa ditebak, setelah pernyataan tersebut kurs euro langsung melesat setelah sebelumnya sempat merosot dalam 6 hari beruntun.

Ketika euro kembali menguat, maka indeks dolar AS akan kembali pada tren menurun. Maklum saja, euro berkontribusi sebesar 57,6% terhadap pembentukan indeks dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular