4 Hari Beruntun Rupiah Jadi Mata Uang Terburuk Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 September 2020 17:23
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (11/9/2020). Dengan demikian, rupiah sudah melemah dalam 4 hari beruntun, tidak sekedar melemah Mata Uang Garuda juga menjadi yang terburuk di Asia pada periode yang sama.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,2% di Rp 14.850/US$. Depresiasi rupiah terus membengkak hingga 0,67% ke Rp 14.920/US$ yang merupakan level terelemah sejak 14 Mei lalu.

Di akhir perdagangan, rupiah berhasil menipiskan pelemahan hingga 0,27% ke Rp 14.860/US$. Meski demikian, rupiah tetap menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia dalam 4 hari beruntun.

Mata uang utama Asia bervariasi pada hari ini, hingga pukul 15:50 WIB dolar Singapura menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dengan penguatan 0,25%, disusul ringgit Malaysia 0,24%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Rupiah mengalami tekanan akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total yang kembali diterapkan di Jakarta.

Pada Rabu (9/9/2020) malam lalu, malam Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali mengumumkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total mulai 14 September. Pengumuman tersebut memberikan efek kejut pada perdagangan kemarin, dan semakin parah hari ini.

Dengan demikian, Indonesia hampir pasti mengalami resesi di kuartal ini. Bahkan, produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV juga berisiko terkontraksi jika PSBB total berlangsung hingga bulan depan. Maklum saja, kontribusi Jakarta terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengingatkan risiko kontraksi ekonomi di kuartal III-2020. Sri Mulyani mengatakan kuartal III masih akan berada di zona negatif karena penyebaran Covid-19 masih terus meluas sehingga kebijakan pembatasan sosial kembali dilakukan.

Dengan kondisi ini, maka outlook ekonomi Indonesia di tahun ini pun direvisi ke bawah. Pertumbuhan ekonomi sebelum Covid-19 diprediksi bisa tumbuh 5,3% dan saat ini menjadi -1,1 sampai 0,2%.

Dolar AS sebenarnya juga sedang tertekan pada hari ini, yang membuat sebagian mata uang utama Asia mampu menguat. Tekanan tersebut terlihat dari indeks dolar AS yang melemah 0,12% sore ini. Indeks tersebut merupakan tolak ukur kekuatan the greenback.

Tekanan terhadap dolar AS terjadi setelah Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) tak mengubah kebijakannya dalam pengumuman rapat kebijakan moneter Kamis (11/9/2020) kemarin. Padahal banyak analis yang memprediksi akan ada perubahan mengingat perekonomian zona euro yang merosot sementara kurs euro terus menguat.

Bank sentral di bawah komando Christine Lagarde ini mempertahankan suku bunga acuan, main refinancing rate sebesar 0%, lending facility 0,25%, dan deosit facility -0,5%.

Sementara itu stimulus moneter berupa program pembelian obligasi (quantitative easing/QE), atau yang disebut Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP) masih tetap sebesar 1,35 triliun euro (US$ 1,6 triliun).

Sebelum pengumuman tersebut, penguatan euro menjadi sorotan pelaku pasar. Pada Selasa (1/9/2020) lalu, euro menyentuh level US$ 1,2000 melawan dolar AS. Kali terakhir euro menyentuh US$ 1,2000 pada awal Mei 2018, artinya posisi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir.

Setelah mencapai level tersebut, euro mulai berbalik melemah akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane. Selasa lalu, ketika kurs euro menyentuh level US$ 1,2000, Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.

Pelaku pasar pun berspekulasi ECB akan melakukan intervensi verbal guna meredam penguatan euro. Ada juga yang memprediksi ECB akan mengumumkan tambahan PEPP.

Tetapi nyatanya Lagarde tidak terlalu cemas dengan kinerja impresif euro, dan hanya mengatakan akan memantau dengan cermat.

"Dewan Gubernur mendiskusikan apresiasi euro, tapi seperti anda ketahui kami tidak mentargetkan nilai tukar. Tapi kami akan memantau hal tersebut dengan cermat," kata Lagarde.

Bisa ditebak, setelah pernyataan tersebut kurs euro langsung melesat setelah sebelumnya sempat merosot dalam 6 hari beruntun.

Ketika euro kembali menguat, maka indeks dolar AS akan kembali pada tren menurun. Maklum saja, euro berkontribusi sebesar 57,6% terhadap pembentukan indeks dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular