
Ternyata, Segmen Korporasi Jadi Penyelamat Kinerja BNI

Jakarta, CNBC Indonesia- Di tengah pandemi virus corona (Covid-19) PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terus meningkatkan penyaluran kredit korporasi. Segmen ini ternyata menjadi penyelamat BNI di tengah pandemi.
Berdasarkan presentasi perusahaan, kredit korporasi BNI melesat 10,1% menjadi Rp 314,12 triliun pada Semester I-2020, dibandingkan setahun sebelumnya Rp 285,34 triliun.
Pertumbuhan itu didominasi kepada korporasi swasta yang naik 12,6% menjadi Rp 196,32 triliun. Sementara itu penyaluran kredit ke BUMN meningkat 6,1% menjadi Rp 117,79 triliun.
Pemilihan pada segmen korporasi didukung oleh data bahwa segmen ini cenderung bisa bertahan di tengah pelambatan ekonomi akibat pandemi, bila dibandingkan segmen menengah, kecil dan konsumer.
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada segmen korporasi hanya 2,2% dan terendah daripada segmen lain. Bila dibandingkan setahun lalu NPL korporasi hanya naik 30bps.
Sementara itu NPL di segmen medium menembus 6,7%, naik 260bps dari setahun lalu. NPL Segmen kecil menembus 3,3%, naik 120bps dari setahun sebelumnya. Begitu pula segmen consumer dengan NPL 2,9%, meningkat 90bps dari setahun lalu.
Lebih rinci, beberapa sektor korporasi BNI bahkan mencatatkan NPL 0% pada Juni 2020. Sektor yang bebas NPL adalah listirik, gas dan air, konstruksi, agribisnis, jasa publik, dan lain-lain.
Adapun segmen korporasi yang terkena peningkatan NPL adalah perdagangan, restoran dan hotel, pertambangan, dan manufaktur. Hal ini sejalan dengan industri perbankan yang juga mencatatkan lonjakan NPL pada sektor tersebut.
Pemilihan segmen korporasi dengan risiko terukur, membuat kualitas aset BNI lebih unggul daripada bank BUMN lainnya. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross di BNI berada pada level 3%. Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) mencatatkan NPL 4,71%, Bank Mandiri 3,3% dan Bank Rakyat Indonesia di 3,13%.
Berikutnya loan at risk (LaR) dari BNI jauh lebih baik dari seluruh bank BUMN. LaR BNI berada di level 10,8%, sementara Bank mandiri 22,2%, dan BRI 28,9%.
NPL merupakan perhitungan kredit bermasalah dengan kolektibilitas 3 sampai 5. Sementara LaR merupakan perhitungan nilai NPL ditambah dengan kolektibilitas 1 hasil restrukturisasi dan kolektibilitas 2.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan ada beberapa sektor korporasi yang masih terus tumbuh di tengah pandemic Covid-19. Contohnya, perkebunan kelapa sawit yang memiliki prospek yang baik dengan program pencampuran biodiesel 30% (B-30) bahkan sampai 100% (B-100).
Selain itu, sektor pertambangan masih akan tumbuh mengingat dua BUMN energi, PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) keduanya membutuhkan belanja modal tak kurang Rp 200 triliun setiap tahun dan pastinya memerlukan akses pendanaan dari perbankan.
Royke mengatakan, untuk menjaga kualitas aset di tengah pandemi, perseroan akan melakukan pembenahan di sektor-sektor yang terpukul pandemi virus Corona dengan melakukan restrukturisasi kredit.
"Kita akan berubah, bukan meninggalkan sektor hotel, pariwisata, kita akan berbenah dulu. Sektor yang terdampak covid kita bantu restrukturisasi, bantu mereka melakukan sinergi dengan segmen lain supaya mereka bisa bergairah," kata Royke, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (8/9/2020).
VP Research Analyst RHB Sekuritas, Christopher Andre Benas menilai perbankan seharusnya menopang pertumbuhan kredit dari korporasi karena tahan terhadap guncangan pandemic Covid-19
"Karena perusahaan besar ini masih survive, kalau yang perusahaan kecil akan tertekan. Apalagi, dari segi global belum semua beres," pungkasnya.
Untuk itu, dia menilai langkah BNI untuk fokus ke korporasi merupakan hal yang tepat. Selama pandemik belum bisa dikendalikan, penyaluran kredit ke segmen lain di luar korporasi akan lebih berisiko.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Cemerlang, BNI Terus Didorong Go Internasional