DKI Mau 'Dikunci' Lagi, Rupiah yang Perkasa Jadi Merana

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 September 2020 10:12
Ilustrasi Mata Uang
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sentimen negatif yang menaungi pasar keuangan Tanah Air datang dari dalam negeri. Malam tadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tidak ada lagi PSBB transisi, yang ada PSBB total seperti April-Mei.

"Kita akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu," kata Anies.

Langkah ini diambil setelah melihat perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di ibu kota. Dengan jumlah pasien positif corona sebanyak 49.397 orang per 9 September, Jakarta menyumbang 24,3% dari keseluruhan pasien di level nasional.

PSBB total artinya Jakarta kembali seperti 2-3 bulan lalu. Perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, tempat wisata, dan sebagainya kembali tutup.

Pengetatan PSBB bertujuan untuk menekan jumlah pasien positif dan menyelamatkan nyawa. Bagaimana pun, kesehatan dan keselamatan jiwa adalah yang utama dan paling utama.

Namun perlu diingat bahwa PSBB sama dengan membuat ekonomi mati suri. Apalagi Jakarta adalah provinsi kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

growthBPS DKI Jakarta

Ketika penyumbang 17% itu tidak berdaya, maka pengaruhnya akan terasa. Belum lagi PSBB Jakarta tentu akan mempengaruhi daerah-daerah di sekitarnya seperti Jawa Barat dan Banten. Efeknya menjadi lebih besar.

Oleh karena itu, kemungkinan Indonesia mengalami resesi semakin tinggi. Jika penerapan PSBB berkepanjangan sampai ke kuartal IV-2020, maka resesi adalah sebuah keniscayaan.

"Skenario di mana Indonesia mengalami resesi bisa terwujud jika terjadi lonjakan jumlah kasus yang menyebabkan pemerintah kembali menerapkan PSBB yang lebih ketat pada kuartal III dan IV. Ekonomi sulit untuk pulih ke level pra-pandemi sebelum 2021," tulis laporan Bank Dunia.

Prospek kelesuan ekonomi membuat investor berlomba-lomba mencari pintu keluar dari pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 392,21 miliar pada pukul 09:48 WIB. Minimnya arus modal asing ini yang membuat rupiah terlempar ke jalur merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular