Alamak! Penjualan Ritel Jeblok, 5 Saham Peritel Babak Belur

Tri Putra, CNBC Indonesia
09 September 2020 14:04
Ramayana (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ramayana (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia Harga saham emiten-emiten yang bergerak di sektor ritel mayoritas diperdagangkan di zona merah setelah Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) Juli 2020 mengalami kontraksi 12,3% YoY.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan awal sesi II, Rabu ini (9/9/2020), tampak 5 saham emiten ritel melorot.

Terlihat harga saham di sektor ritel terpaksa anjlok dengan koreksi terparah dipimpin oleh PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) yang terjungkal 3,10% ke level harga Rp 625/saham.

Penurunan terjadi setelah RALS merilis laporan keuanganya yang kurang cantik. Manajemen RALS menjelaskan duduk perkara mengapa laba bersih perusahaan ambles hingga 99% pada 6 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

"Adapun penjualan kotor di kuartal kedua tahun 2020 menyumbang penurunan terbesar sebanyak 77,5% imbas dari penutupan gerai, pembatasan jam operasional gerai, serta menurunnya daya beli masyarakat," tulis manajemen, dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/9/2020).

"Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal bulan Maret lalu telah berdampak sangat signifikan terhadap kegiatan operasional Ramayana, terutama pada kuartal kedua tahun 2020."

Sementara itu koreksi paling tipis dibukukan oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang 'hanya' turun 1,52% ke level harga Rp 650/saham.

Sebelumnya BI melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) mengalami kontraksi 12,3% pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama delapan bulan beruntun.

Bahkan pada Agustus 2020, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan kontraksi IPR 10,1% YoY. Dengan begitu, rantai kontraksi penjualan ritel kian panjang menjadi sembilan bulan berturut-turut.

Kabar baiknya, kontraksi penjualan ritel terus melandai. Sejak menyentuh 'kerak neraka' pada Mei 2020, laju penurunan IPR berangsur menipis.

"Perbaikan penjualan diprakirakan terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas yang disurvei, dengan penjualan pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau mengalami kontraksi paling rendah, dengan pertumbuhan sebesar -1,9% YoY. Hal itu sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat dan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)," tulis laporan BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular