Ada "Kejutan Menyenangkan", Dolar Australia Naik ke Rp 10.704

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 September 2020 13:57
Australian dollar notes and coins can be seen in a cash register at a store in Sydney, Australia, February 11, 2016. REUTERS/David Gray
Foto: dollar Australia (REUTERS/David Gray)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (9/9/2020), setelah ada "kejutan yang menyenangkan" dari Negeri Kanguru.

Sementara rupiah mendapat tekanan akibat memburuknya sentimen pelaku pasar yang memburuk, yang terlihat dari ambrolnya bursa saham global. 

Pada pukul 12:11 WIB, SG$ 10.704,67, dolar Australia menguat 0,55% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Data dari Australia hari ini menunjukkan membaiknya keyakinan pelaku pasar yang jauh membaik di bulan September. Data dari Westpac-Melbourne Institute menunjukkan tingkat keyakinan konsumen naik 18% setelah nyungsep 9,5% di bulan Agustus.

Meski demikian, tingkat keyakinan konsumen tersebut masih 4,5% dibandingkan bulan September, di 93,8, yang artinya konsumen yang pesimistis lebih banyak dari yang optimistis.

Kepala ekonom Westpac, Bill Evans, mengatakan data keyakinan konsumen di bulan September merupakan "kejutan yang menyenangkan".

Sementara itu dari dalam negeri, keyakinan konsumen juga perlahan membaik. Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan IKK pada Agustus 2020 berada di 86,9, naik sedikit dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,2.

IKK menggunakan angka 100 sebagai awalan. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen masih pesimistis memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan.

Sudah lima bulan berturut-turut IKK berada di bawah 100. Sejak menyentuh titik terendah sejak 2005 pada Maret lalu, IKK memang berangsur-angsur membaik.

Sementara hari ini, BI melaporkan data penjualan eceran (ritel) terus mengalami kontraksi.

Penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) mengalami kontraksi 12,3% pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama delapan bulan beruntun.

Bahkan pada Agustus 2020, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan kontraksi IPR 10,1% YoY. Dengan begitu, rantai kontraksi penjualan ritel kian panjang menjadi sembilan bulan berturut-turut.

Merosotnya penjualan ritel tersebut semakin menguatkan prediksi jika Indonesia mengalami resesi di kuartal III-2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular