
Mata Uang Asia Rontok, Rupiah Jadi yang Terburuk

valasTetapi bangkitnya indeks dolar AS membuat rupiah terpukul. Hingga sore ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut menguat 0,48% ke 93,163.
Ketika indeks dolar AS menguat, maka mata uang emerging market di Asia cenderung tertekan. Bangkitnya dolar AS sebenarnya bukan karena fundamentalnya yang bagus, tetapi karena kurs euro yang merosot.
Memang data-data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu menunjukkan tanda pemulihan ekonomi. Tetapi itu belum cukup bagi bos bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, untuk mengubah outlook-nya.
"Kami berpandangan bahwa situasi akan lebih sulit, terutama ada beberapa area di perekonomian yang masih sangat terdampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) seperti pariwisata dan hiburan. Ekonomi masih membutuhkan suku bunga rendah, yang mendukung perbaikan aktivitas ekonomi, sampai beberapa waktu. Mungkin dalam hitungan tahun. Selama apa pun itu, kami akan tetap ada," papar Powell dalam wawancara dengan National Public Radio, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Powell menambahkan, The Fed tidak akan menarik kebijakan ultra longgar. Tidak cuma suku bunga, juga berbagai fasilitas pemberian likuiditas ke pasar keuangan maupun sektor riil.
"Kami tidak akan menarik dukungan terhadap perekonomian secara prematur. Kami akan terus melakukan apa pun yang kami bisa," lanjutnya.
Alhasil, kinerja dolar AS pun tak bagus-bagus amat. Tetapi, euro yang melemah melawan dolar AS dalam 6 hari beruntun hingga saat ini menjadi salah satu pemicu penguatan indeks dolar AS.
Maklum saja, euro menjadi mata uang dengan kontribusi terbesar (57,6%) terhadap pembentukan indeks dolar AS. 5 mata uang lainnya yang membentuk dolar AS yakni poundsterling, yen, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Tekanan yang dialami euro terjadi akibat spekulasi ECB akan bertindak guna meredam penguatan mata uang 19 negara tersebut. Pada Selasa (1/9/2020) lalu, euro menyentuh level US$ 1,200 melawan dolar AS. Kali terakhir euro menyentuh US$ 1,2000 pada awal Mei 2018, artinya posisi tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Setelah mencapai level tersebut, euro mulai berbalik melemah melawan akibat "dicolek" oleh ekonom European Central Bank (ECB) Philip Lane. Selasa lalu, ketika kurs euro menyentuh level US$ 1,2000, Lane mengatakan nilai tukar euro-dolar AS "penting" dalam menentukan kebijakan moneter.
Pernyataan tersebut menjadi indikasi ECB kemungkinan akan bertindak untuk meredam penguatan euro.
Alhasil, euro terus melemah, indeks dolar AS bangkit, dan rupiah menjadi sulit untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)