Dihantui Resesi & Minyak Ambles, Bikin Bursa RI Terpuruk

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 September 2020 12:02
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju bursa saham domestik tertekan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (7/9/2020). Selain tertekan oleh melemahnya harga minyak dunia, kekhawatiran akan pemulihan ekonomi global akibat pandemi Covid-19 menjadi perhatian pelaku pasar.

Penutupan sesi I Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,13% ke level 5.232,95 poin dengan nilai transaksi Rp 3,42 triliun dengan volume saham sebanyak 6 miliar unit.

Head of Research Division PT BNI Sekuritas, Damhuri Nasution menilai koreksi bursa saham domestik sejalan dengan pelemahan sejumlah bursa saham regional.

Misalnya saja, indeks Nikkei, Tokyo melemah 0,27%, Shanghai Composite, China melemah 0,16%. Hanya indeks Hang Seng dan Stratis Times Singapura yang menguat masing-masing 0,05% dan 0,12%.

Damhuri menjelaskan, pelemahan pasar saham global disebabkan oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi dunia menyusul menurunnya beberapa indikator makroekonomi di beberapa negara besar.

"Pelaku pasar global juga mulai khawatir terhadap keberlangsungan stimulus yang diberikan oleh pemerintahan diberbagai negara ditengah-tangah kasus infeksi baru yang masih dalam tren meningkat sementara vaksin masih dalam tahap uji coba," kata Damhuri, kepada CNBC Indonesia, Senin (7/9/2020).

Sementara itu, Kepala Riset PT Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy berpendapat, sentimen penekan bursa saham tanah air pagi ini bersumber dari global, seiring dengan melemahnya harga minyak dunia di awal pekan ini.

Seperti diketahui, harga minyak anjlok signifikan di awal pekan ini menyusul kabar Arab Saudi sebagai salah satu penghasil minyak global memutuskan untuk memangkas harga minyaknya. Reuters melaporkan Arab Saudi memangkas harga jual resmi untuk minyak jenis Arab Light-nya bulan Oktober yang dijualnya ke pasar Asia.

"Penurunan disebabkan sentimen kejatuhan harga minyak, lebih karena global saja," tutur Yanuar, saat dihubungi CNBC Indonesia.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri terkait Revisi Undang-undang Bank Indonesia dan kekhawatiran mengenai potensi terjadinya resesi dinilai belum menjadi faktor yang signifikan terhadap penurunan bursa saham.

"RUU BI menurut saya gak ada pengaruh ke market, dan resesi juga sudah difaktorkan oleh investor," pungkas Yanuar.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular