Investor Kurangi Posisi Jual Dolar AS, Rupiah Keok Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 September 2020 12:12
Ilustrasi Uang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (3/9/2020), setelah merosot tajam kemarin (2/9/2020).

Kebangkitan dolar AS menjadi pemicu pelemahan rupiah, tetapi sentimen dari dalam negeri menjadi penekan utama.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 14.750/US$. Depresiasi rupiah membengkak hingga 0,31% di Rp 14.785/US$ pada pukul 12:00 WIB, Kamis ini (3/9).

Bangkitnya dolar AS terlihat dari indeksnya yang naik dari level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Sejak memasuki kuartal III-2020, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini merosot lebih dari 5% ke 92,338 di akhir Agustus lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2018.

Namun memasuki bulan September, indeks dolar bangkit, dalam 2 hari terakhir mencatat penguatan 0,76%. Sementara hingga siang ini, indeks dolar AS menguat tipis 0,07%.

Melansir CNBC International, penguatan tersebut terjadi akibat investor yang mengurangi posisi jual dolar AS, khususnya terhadap euro. Euro merupakan kontributor terbesar di Indeks dolar AS, ketika mata uang 19 negara tersebut melemah, maka indeks dolar AS akan menguat.

Meski demikian, para analis mengatakan penguatan dolar AS hanya sementara, ke depannya akan kembali melemah.

"Anda bisa melihat bangkitnya dolar AS sebagai sedikit perubahan tren, setelah turun dalam waktu yang lama. Tetapi itu hanya berlangsung dalam jangka pendek," kata Jason Wong, ahli strategi pasar senior di BNZ, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (3/9/2020).

"Itu (kenaikan dolar setelah turun tajam) hanya jeda, para investor masih cukup bearish," ujar Wong yang melihat bank sentral AS akan menahan suku bunga rendah dalam waktu yang lama, sehingga dolar akan tertekan lagi.

Tetapi jangan senang dulu, rupiah belum tentu juga akan menguat meski dolar AS kembali melemah. Sebab, tekanan bagi rupiah datang dari dalam negeri, mulia dari risiko resesi yang akan terjadi di kuartal ini, Bank Indonesia yang diprediksi akan memangkas suku bunga lagi, hingga yang terbaru rencana revisi undang-undang BI serta program "burden sharing" pemerintah dan BI yang bisa diperpanjang hingga 2022 nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular