Efek Covid-19

Emiten Minyak di Asia Suram, Moody's: EBITDA Bakal Tergerus

tahir saleh, CNBC Indonesia
02 September 2020 09:22
foto : REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan terbaru dari lembaga rating global, Moody's Investors Service mengungkapkan bahwa secara agregat EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, dari perusahaan penyulingan minyak mentah (refinery) di Asia akan tergerus sekitar 30%.

Bahkan EBITDA (earnings before interest, tax, depreciation, amortisation) bisa turun lebih dalam lagi hingga 45% bersamaan dengan margin yang juga tetap melemah. Hanya saja proyeksi itu mengecualikan ENEOS Holdings, Inc (peringkat Baa2 stabil), raksasa migas asal Jepang yang sebelumnya bernama JXTG Holdings dan tercatat di Bursa Tokyo.

EBITDA dan margin perusahaan penyulingan minyak baru akan membaik pada tahun 2021 seiring dengan pemulihan ekonomi global secara bertahap.

"EBITDA dan margin akan membaik pada tahun 2021 karena pemulihan ekonomi bertahap menghasilkan margin bisnis penyulingan yang lebih tinggi dan tidak adanya kerugian inventaris mengarah pada pendapatan yang lebih tinggi. Namun risiko pemulihan margin secara tegas cenderung ke sisi negatif," kata Hui Ting Sim, analis Moody's, dalam pernyataan resmi, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (2/9/2020).

"Pemulihan margin bisa jadi akan tertunda jika infeksi [Covid-19] bangkut lagi dan menyebabkan terjadinya penguncian wilayah atau lockdown baru. Kami juga melihat ketidakseimbangan pasar yang lebih tinggi, dengan lonjakan kapasitas penyulingan yang berlanjut hingga 2022 didorong oleh investasi di Asia dan Timur Tengah, yang selanjutnya akan membebani pasar pemulihan margin," kata Sim.

Di antara perusahaan penyuling Asia yang diperingkat oleh Moodys, beberapa di antaranya diposisikan lebih baik dibandingkan lainnya dalam hal menahan kejatuhan margin bisnis penyulingan minyak.

Moody's mengharapkan ENEOS akan berada pada posisi terbaik untuk menjaga kualitas kreditnya, sedangkan HPCL-Mittal Energy Limited (HMEL, peringkat Ba2 negatif), Thai Oil Public Company Limited (peringkat Baa2 negatif) dan SK Innovation Co. Ltd. (SKI, peringkat Baa2 negatif) memiliki bantalan penahan yang lebih rendah.

Moody's menilai, perusahaan penyulingan migas di Asia yang diperingkat memiliki hubungan dekat dengan pemerintahnya masing-masing atau memiliki pemegang saham yang kuat, sehingga risiko pembiayaan kembali mereka rendah.

"Moody's mengharapkan mereka mempertahankan akses yang kuat ke pendanaan mengingat hubungan baik mereka dengan bank atau rekam jejak akses ke pasar modal," tulis Moody's.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Mulai Optimistis, Sinyal IHSG Bakal Hijau Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular