
Bahaya! Hantu Deflasi Bikin Cemas, IHSG Bisa Ambruk Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja bursa saham domestik sempat berada di zona hijau tetapi berbalik arah ke zona merah menyusul rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengumumkan adanya deflasi.
Pada akhir sesi I pukul 11.30, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mengalami koreksi 0,02% ke 5.237,4 . Sempat anjlok di awal perdagangan, IHSG berhasil rebound ke level tertinggi perdagangan intraday di posisi 5.291,2.
Namun setelah itu IHSG terus melorot. Saat BPS mengumumkan data inflasi bulan Agustus, IHSG semakin melorot dan volatil. Sempat bolak balik zona hijau dan merah, akhirnya IHSG tumbang dan ditutup di zona koreksi.
Nilai transaksi yang terjadi di pasar saham hingga sesi I mencapai Rp 4,28 triliun dengan asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di seluruh pasar mencapai Rp 457,3 miliar. Sebanyak 152 saham mengalami apresiasi, 219 drop dan dan 159 stagnan.
Pada pukul 11.00 WIB, BPS mengumumkan inflasi bulan Agustus sebesar -0,05% (month on month/mom) atau terjadi deflasi. Ini artinya deflasi terjadi dalam dua bulan terakhir secara beruntun.
Secara umum deflasi bulan Agustus ini sudah banyak diperkirakan oleh konsensus pasar. Poling yang dihimpun oleh CNBC Indonesia menunjukkan nilai median deflasi berada di angka -0,01% (mom).
Otoritas moneter nasional yakni Bank Indonesia (BI) juga telah memperkirakan deflasi bakal terjadi di bulan Agustus. Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) BI, deflasi bulan Agustus diperkirakan berada di -0,04% (mom). Itu artinya deflasi bulan Agustus 2020 masih lebih buruk dari perkiraan para ekonom maupun BI.
Baik deflasi maupun inflasi tipis, keduanya sama-sama mengindikasikan bahwa kekuatan permintaan (demand side) masyarakat belum pulih, di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi. Beberapa pelonggaran yang dilakukan oleh pemerintah justru berujung pada rekor temuan kasus Covid-19.
Nilai inflasi inti juga masih rendah dengan tingkat 0,29% (mom) dan 2,03% (yoy). Itu artinya daya beli masyarakat masih terganggu. Namun deflasi yang sudah diperkirakan ini membuat pasar IHSG kurang terlalu terdampak dan hanya terkoreksi tipis di akhir perdagangan sesi I.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah dengan BB yang cenderung melebar maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderungterkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 5.263. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.212.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 30, yang menunjukkan adanya indikator jenuh jual,akan tetapi terkadang jika momentum jual sedang kuat Stochastic bisa tertahan di wilayah sekitar oversold dalam waktu yang cukup lama.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan indikato MACD di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk terdepresiasi.
Indikator Moving Average (MA) jangka pendek sudah berpotongan turun dengan MA jangka panjangnya sehingga muncul pola death cross yang mengindikasikan akan adanya koreksi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator MACD yang berada di zona negatif dan indikator Moving Average (MA) dengan munculnya death cross.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000