
Ada Harapan Ekonomi RI Bangkit, Rupiah Terus Perkasa

Sementara dari sisi eksternal, dolar AS masih saja tertekan. Pada pukul 08:07 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,01%.
Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah terpangkas hampir 1%. Sedangkan selama tiga bulan terakhir, indeks ini ambrol 5,66%.
Sejak mencapai puncaknya pada Maret, Dollar Index sudah ambles sekira 11%. Ke depan, bukan tidak mungkin penurunannya lebih curam lagi.
Tekanan terhadap dolar AS disebabkan oleh tren suku bunga rendah di Negeri Paman Sam. Pekan lalu, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengumumkan perubahan kebijakan soal target inflasi dari 2% dalam jangka menengah menjadi rata-rata 2% dalam jangka menengah. Artinya, The Fed akan memberi toleransi inflasi rendah sepanjang secara rerata bisa menyentuh 2%.
Perubahan ini dilakukan untuk merespons dampak pandemi virus corona yang sepertinya bakal terus terasa selama beberapa waktu ke depan. Pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat aktivitas ekonomi turun drastis, baik di sisi produksi maupun permintaan.
"Risiko ke bawah terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja meningkat. Perubahan ini mencerminkan niat kami untuk mewujudkan pasar tenaga kerja yang kuat tanpa perlu khawatir terhadap percepatan laju inflasi," sebut Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, sebagaimana dikutip oleh Reuters.
Melalui pendekatan ini, pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga akan tetap rendah untuk beberapa waktu ke depan. Plus, The Fed akan menempuh berbagai kebijakan lain untuk mendongrak pertumbuhan ekonomi tanpa harus mencemaskan risiko inflasi.
Ini menjadi sentimen negatif buat dolar AS. Suku bunga rendah berarti berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) menjadi minim imbal hasil.
"Ini adalah kesempatan untuk keluar dari dolar AS," ujar Ulf Lindahl, Chief Investment Officer AG Bisset, seperti dikutip dari Reuters.
Jadi, ke depan mata uang dunia sepertinya masih akan mem-bully dolar AS. Termasuk rupiah, yang masih punya ruang untuk menguat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
