Dolar AS 'Sakit Keras', Rupiah Jaya di Bawah Rp 14.600/US$!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 August 2020 09:20
Dollar-Rupiah
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Dolar AS menderita akibat perubahan kebijakan The Fed. Pekan lalu, Ketua Jerome 'Jay' Powell mengumumkan perubahan target inflasi dari 2% dalam jangka menengah menjadi rata-rata 2% dalam jangka menengah. Artinya, The Fed akan memberi toleransi inflasi rendah sepanjang secara rerata bisa menyentuh 2%.

Perubahan ini dilakukan untuk merespons dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang sepertinya bakal terus terasa selama beberapa waktu ke depan. Pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat aktivitas ekonomi turun drastis, baik di sisi produksi maupun permintaan.

"Risiko ke bawah terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja meningkat. Perubahan ini mencerminkan niat kami untuk mewujudkan pasar tenaga kerja yang kuat tanpa perlu khawatir terhadap percepatan laju inflasi," sebut Powell, sebagaimana dikutip oleh Reuters.

Well, sepertinya target inflasi yang dipatok 2% memang sudah kurang relevan. Selama lima tahun terakhir, hanya empat bulan inflasi (yang diukur dari Personal Consumption Expenditure/PCE inti) menyentuh 2%.

Melalui pendekatan ini, pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga akan tetap rendah untuk beberapa waktu ke depan. Plus berbagai kebijakan lain untuk mendongrak pertumbuhan ekonomi tanpa harus mencemaskan risiko inflasi.

ini menjadi sentimen negatif buat dolar AS. Suku bunga rendah berarti berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) menjadi minim imbal hasil.

"Ketika bank sentral lain mulai melakukan pengetatan, The Fed mungkin akan tertinggal. Perbedaan suku bunga tidak berpihak kepada dolar AS. Jadi dalam jangka menengah-panjang, ini akan menjadi sentimen negatif bagi greenback," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA, seperti dikutip dari Reuters.

Tanpa pemanis berupa cuan, investor agak menghindar dari aset-aset berbasis dolar AS. Permintaan akan mata uang ini pun berkurang sehingga nilainya melemah. Saat dolar AS lesu, rupiah dan mata uang lainnya bisa melaju.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular