
PGN Proyeksikan Serapan Capex Tahun ini Hanya 44%

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperkirakan serapan untuk belanja modal (capital expenditure/ capex) pada tahun ini hanya sebesar 40%-44% dari target. Seperti diketahui, PGN berencana akan berinvestasi US$ 705 juta pada 2020. Ini artinya, belanja modal tahun ini kemungkinan hanya sekitar US$ 310,2 juta.
Direktur Keuangan PGN Arie Nobelta Kaban Arie mengatakan rendahnya serapan belanja modal perusahaan tahun ini karena dampak dari adanya pandemi Covid-19 dan rendahnya harga minyak. Dia mengatakan, sampai dengan Juni 2020 penyerapan belanja modal baru sekitar 10%.
Oleh karena itu, lanjutnya, perusahaan kini tengah mengajukan revisi belanja modal ke komisaris terkait Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020. Perusahaan pun akan memprioritaskan belanja modal yang bisa segera meningkatkan pendapatan.
"Capex yang sudah direncanakan di RKAP tidak akan dieksekusi semua, maksimal mungkin 40%- 44% saja. Kami pertahankan cash flow (arus kas). PGN secara korporasi akan prioritaskan capex yang bisa meng-generate revenue," ungkapnya kepada wartawan saat konferensi pers virtual, Jumat (28/08/2020).
Dia menyebut dua projek yang akan membutuhkan investasi besar yakni pengerjaan pipa gas Blok Rokan, Riau dan pengembangan Blok Gas Pangkah, Jawa Timur. PGN melalui anak usaha Saka Energi Indonesia menjadi operator Blok Pangkah dan baru mendapatkan perpanjangan kontrak pada Oktober 2019 lalu dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Lebih lanjut dia mengatakan perusahaan juga memangkas belanja operasi (opex) sebesar US$ 100 juta, terutama sebagai dampak dari rendahnya harga minyak. Manajemen pun meminta agar penggunan opex dialokasikan berdasarkan skala prioritas.
Pemangkasan belanja operasi ini juga termasuk dilakukan anak usaha Saka Energi.
"Harga minyak rendah, strategi Saka kami minta ke efisiensi opex. Ini sudah dilakukan 20%-25% opex di-cut. Kalau ada yang bisa diundur ke tahun depan bisa dilakukan manajemen Saka, khususnya komitmen-komitmen investasi yang sudah disepakati dengan pemerintah untuk pengembangan WK (wilayah kerja) Saka," jelasnya.
Dia pun meminta agar Saka melakukan negosiasi ulang dengan pemerintah dan juga dengan vendor. Tujuannya, menurutnya, untuk mempertahankan arus kas sehingga tidak mengganggu arus kas meski harga minyak rendah.
"Tidak hanya kontrak yang sudah disepakati dengan vendor, kami minta juga renegosiasi ulang untuk bisa pertahankan cash flow Saka, agar tidak mengganggu cash flow dengan harga minyak yang sedang tidak baik," tuturnya. (*)
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGN Pangkas Target Pembangunan Jaringan Gas Rumah Tangga