
Tiba-tiba Saham RAJA Jadi 'Raja' Top Gainers, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten jasa hulu migas dan distribusi gas PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menjadi 'Raja' pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (28/8/2020). Saham RAJA yang dipegang oleh pengusaha Johan Lensa ini pun meroket di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I ini.
Data perdagangan mencatat, IHSG minus 0,41% di level 5.349 pada pukul 10.45 WIB, Jumat ini. Sebanyak 187 saham naik, 196 turun, dan 161 saham stagnan.
Di tengah kejatuhan indeks, saham RAJA memimpin top gainers di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kenaikan 22,61% di level Rp 141/saham dengan nilai transaksi Rp 35,07 miliar dan volume perdagangan 258,89 juta saham. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 591 miliar.
Asing masuk ke saham RAJA sebanyak Rp 4,58 juta, sementara investor lokal belanja Rp 35,1 miliar. Sepekan terakhir, saham RAJA naik 26,13% dan sebulan terakhir naik 19,66%.
Dari sisi kinerja, performa RAJA juga menurun pada 6 bulan pertama tahun ini. Data laporan keuangan mencatat, pendapatan RAJA mencapai US$ 53,01 juta atau setara dengan Rp 785 miliar (kurs Rp 14.800/US$) dari periode yang sama tahun lalu US$ 58,25 juta,
Sementara itu, laba bersih ambles 90% menjadi hanya US$ 33.975 atau Rp 503 juta, dari periode yang sama tahun lalu US$ 3,28 juta atau setara Rp 49 miliar.
Penjualan terbesar dari penjualan gas sebesar US$ 46,05 juta, turun dari semester I-2019 yakni US$ 49,78 juta, sisanya dari pendapatan toll fee, pendapatan gas compressor, operating gas compressor, dan lainnya.
Mengacu data laporan keuangan per Juni 2020, saham RAJA dipegang Johan Lensa 10,42%, Hapsoro 32,60%, PT Sentoosa Bersama Mitra 31,54% dan investor publik 25,44%.
Dari sentimen harga minyak dunia, data Refinitiv mencatat, harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif ditransaksikan cenderung flat pada pagi hari ini Jumat (28/8/2020) dengan Brent cenderung melemah tipis dan acuan AS West Texas Intermediate (WTI) menguat tak banyak.
Pada 09.25 WIB, harga minyak berjangka Brent melemah 0,04% ke US$ 45,04/barel. Harga minyak mentah patokan global ini cenderung stabil di kisaran US$ 45/barel belakangan ini.
Di saat yang sama WTI atau lebih dikenal dengan nama lightsweet menguat terbatas 0,07% ke US$ 43,07/barel. Sama seperti Brent, WTI juga cenderung stabil di kisaran US$ 42 - US$ 43 per barelnya. Selisih (spread) antara Brent dan WTI cenderung berada di US$ 3/barel.
Pasar sempat dibuat cemas akan adanya badai Laura yang melanda Pantai Teluk AS yang membuat aktivitas produksi minyak mengalami gangguan. Namun nyatanya fenomena alam tersebut tak mampu membuat harga minyak mentah naik.
Badai Laura melanda Louisiana Kamis pagi dengan angin berkecepatan 240 kilometer per jam (240 kilometer per jam), merusak bangunan, merobohkan pohon dan memutus aliran listrik ke lebih dari 650.000 orang di Louisiana dan Texas, tetapi kilang minyak terhindar dari banjir besar yang dikhawatirkan.
"Kecuali ada kerusakan permanen pada infrastruktur produksi minyak, tidak akan mengejutkan untuk melihat perdagangan minyak turun sedikit setelah badai karena penilaian kerusakan berlanjut," kata ahli strategi pasar AxiCorp Stephen Innes dalam sebuah catatan, dikutip Reuters.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melesat 319%, Laba RAJA Tembus USD 10,83 Juta di 2022